Jumat, 12 Juli 2013

Can I With You?


HARGAI KARYA PENULIS :) BACA BOLEH, COPY PASTE YANG GA BOLEH
JANGAN JADI SILENT RIDER YAAH :) KALO ADA SALAH BOLEH KOMENT, AKU GA MAKAN SABUN KOK :D

Title :
Can I With You?

Pemeran :
Park Jiyeon, Kim Jong In, Kim Hyuna Ah, Kim  Myungso
Apa maksud takdir mempertemukan kita? apa maksud takdir mengatakan kau adalah jodohku?... Tapi, sekarang kau tidak bersamaku. Ragamu disini, tapi hatimu entah kemana... Aku merindukanmu, tapi kau sama sekali tidak pernah melirikku. Aku, siapa aku?

...
 "Kai Oppa" panggil yeoja yang berlari kecil menuju Kai, Kai berbalik malas dan setelahnya tersenyum menatap yeoja yang kini menggelayut manja di pundaknya "oppa sudah makan?" tanya yeoja itu "ani. aku menunggumu. kenapa lama sekali?"tanya Kai manja "dosen menyebalkan oppa. Dia memberika sangat banyak tugas, ugh.." gerutu Yeoja itu "jinja? aishii.. pasti kamu capek sekali. ayo, kita makan. dimana?" tanya Kai "di apartemenku saja, uumm??" tawar yeoja itu, dan Kai mengiyakan.

Yeoja itu adalah yeoja chingu Kim Jong In a.k.a Kai. mereka sudah berpacaran sudah lebih daru 1 tahun. Namanya adalah Hyuna. Yeoja cute, manja, dan mandiri.

...
"MWOO??" Teriak Kai, kaget dengan apa yang barusan didengarnya
"Kau harus mengerti Jong In, saat ini kita sedang dalam masa-masa kritis. Satu-satunya cara adalah menikahimu dengan anak dari direktur perusahaan tuan Park" kata appa "appaa..." Kai masih tidak bisa berkata-kata "dia cantik, sabar, pintar, dan bahkan kau beruntung mendapatkannya" kata Appa lagi "tapi aku tidak mauu...Appa kan sudah tahu, aku mencinta Hyuna." Kai mencoba menahan amarahnya "tapi kau juga sudah tahu, Appamu ini bangkrut. Appa tidak pernah meminta tolong apapun padamu, jadi Appa mohon... kau menikahlah dengan anak direktur Park" Appa menggenggam tangan Kai. 

Kai serba salah, tapi setelah berfikir beberapa lama, dia akhirnya mengiyakan. Besok dia harus memberitahukan ini kepada Hyuna.

-Keesokan harinya-

"Yeobosseoyo oppaa... aiiih, wae? kangeen?"
"Ani... Hyunaa"
"Ne"
"Mianheyoo"
"Wae?"
"Kita Putus..."
"mwooo? igee mwoyaa?"
"aniyoo.. hanya saja, appa ingin aku menikah dengan yeoja lain. Mianhee, jujur... disini, hanya ada kamu"
"jinja?"
"Ne"
"oppaa.. tidak bisakah kau menolaknya?"
"aku sudah menolaknya lebih dari 1000 kali chagiyaa, tapi ini benar-benar tidak bisa ditolak chagiy.. bukan tentang yeojanya, tapi tentang appa..."
"appa? dia kenapa?"
"Mian.. aku tidak bisa mengatakannya"
"ani..."
"Chagiyaa.. mianhe"
"oppa, sudah dulu yah... sepertinya aku dipanggil umma"
"eo..."
"annyeong!"
"annyeong!"

Selepas menelfon Hyuna, Kai malah diam ditempatnya. Bahkan dia tidak pernah bertemu dengan yeoja itu. Tapi walaupun itu, Kai akan membenci yeoja itu dengan segenap jiwanya.

...
-HARI PERNIKAHAN-

"Jadi, kau adalah anak dari direktur park?" tanya Kai pada istrinya "Ne, kita belum berkenalan? Park Jiyeon ibnida. Kau bisa memanggilku jiyeon" kata jiy sambil tersenyum ramah "sudahlah, tidak usah sok ramah seperti itu..." Kai mendengus dan kembali tertuju kepada para tamu undangan, Jiyeon hanya mengangguk pelan tidak terlihat marah.

Kai dan Jiyeon sudah menikah satu jam yang lalu, berawal dari paksaan appa untuk latihan sebelum melakukan yang sebenarnya, dan berakhiran dengan tanpa ciuman.

Kai dan Jiyeon tidak pernah saling bertemu. Semua dekorasi ruangan dan segalanya diurus oleh abonim dan appa mereka masing-masing. Walaupun Kai sedikit terperangah dengan kecantikan Jiyeon, tapi itu tidak berlangsung lama, setelahnya dia hanya dapat mendengus 'palingan wajah polosnya itu hanya topeng, dia mungkin sebenarnya berhati jahat' batin Kai.

...
-Di Rumah-

Kai sedang menonton tv, Jiyeon sibuk memasak di dapur "ya! berisik sekalii" teriak Kai yang membuat Jiyeon tersentak hampir menumpahkan minyak panas. Tergopoh-gopoh Jiyeon berjalan menghampiri Kai "kau memanggilku?" tanya Jiyeon "Ya! ku tahu kau tidak betah disini denganku, akupun juga. Tapi bisakah kau tidak ribut? aku ingin menonton" bentak Kai "mianhe, aku hanya sedang memasak. itu mengusikmu yah? mianheee" Jiyeon menunduk yang membuat Kai geleng-geleng kepala tidak percaya bahwa dirinya menikahi yeoja macam ini.

Setelah Jiyeon selesai masak dan menyiapkannya, Jiyeon berjalan kearah Kai "Jong In, makanan sudah siap" kata Jiyeon, Kai berjalan gontai menuju meja makan "kau yang memasak semua ini?" tanya Kai sedikit takjub dengan menu hari ini "kau kan tadi melihatku memasak..." jawab Jiyeon pelan.

"Setelah makan, aku ingin berbicara sesuatu hal denganmu" kata Kai yang dibalas angguBkan Jiyeon. Dan setelahnya, makan mereka lakukan dalam diam.

-Ruang Nonton-

"Jiyeon, Kau menyukai pernikahan kita ini?"
"maksudmu?"
"Maksudku, apa saat ditawari bertunangan, kau langsun mau?"
"Boleh kujawab jujur?"
"Itu yang kuinginkan, katakanlah"
"Aku sudah mempunyai kekasih, dia menembakku sehari sebelum abonim mengatakan semua ini... Tapi, aku tahu... Abonim tidak akan memberikanku orang yang tidak tepat, kan? Lagi pula, abonim adalah satu-satunya orang yang kumiliki didunia ini. Aku tidak bisa menolak, kalau itu permintaan abonim"
"begitu?"
"Ne"
"Kalau begitu berhenti berpura-pura sok baik di depanku. Aku tidak ingin melirikmu"
"Ani, aku sedang tidak berpura-pura. Aku bukan aktris... jadi untuk apa berpura-pura? Suamiku sekarang, adalah suamiku selamanya. Jadi jika saat ini aku belum mencintaium, aku akan berusaha untuk mencintaimu"
"picik! Lupakaan.. aku tidak akan terpengaruh dengan kebaikanmu yang pura-pura itu."

Jiyeon hanya terdiam mencoba sabar menghadapi kelakuan Kai, dia tahu betul kalau Kai sudah mempunyai yeoja chingu, ini sangat berat untuknya.

...
Pagi ini, Jiyeon duduk termenung menunggu Kai selesai bersiap-siap menuju kantor, setelah pintu terbuka Jiyeon berdiri dan menyapa Kai "annyeonghaseyo, ayo makan" ajak Jiyeon dengan seulas senyuman, Kai hanya menatap sekilas Jiyeon dan berjalan melewatinya "jangan berpura-pura peduli, nanti aku makan diluar saja" jawab Kai ketus "kau boleh benci padaku, terserah... Tapi jangan biarkan perutmu kosong seperti itu, makanan diluar belum tentu sehat. Kalau yang dimasak dirumah kan sudah terjamin sehat" kata Jiyeon panjang lebar "kau ini, aku bilang aku bisa makan diluar. Arra?? sudahlah, belum tentu masakanmu juga sehat." Kai tetap berjalan dan memakai sepatunya "ku mohon makanlah, kau bisa membunuhku kalau makanan ini beracun. Aku hanya ingin memasakkannya untukmu, jangan seperti ini... aku tidak memaksamu untuk tidak membenciku" kata Jiyeon menunduk, Kai terdiam dan akhirnya pasrah kembali menuju ruang makan, Jiyeon tersenyum dan berjalan cepat mengambilkannya lauk.

"Kau tidak makan?" tanya Kai yang lebih tepatnya berupa bentakan "tidak, aku ingin melihat caramu makan" kata Jiyeon sambil bertopang dagu "cih..." Kai mendengus tapi tetap melanjutkan makannya "beritahukan aku tentang yeoja chingu mu" kata Jiyeon lagi sambil tersenyum "wae? kau ingin mengancamnya menjauh dariku?" Kai setengah membentak "apa aku terlihat orang seperti itu?" Jiyeon memanyunkan bibirnya merasa terusik dengan perkataan Kai. Kai mengangguk "ani, aku hanya ingin tahu seberapa hebatnya yeoja chingumu bisa sabar menghadapimu yang kejam seperti ini" kata Jiyeon kini menatap mata Kai lekat-lekat, Kai hanya tersenyum acuh "yang jelas, dia lebih baik darimu..." kata Kai "jinja? namanya siapa?" tanya Jiyeon lagi, Kai menghentikan makannya sejenak menatap bingung Jiyeon tapi kembali melanjutkan lagi makannya "Hyuna" jawab Kai "HYUNAA?" pekik Jiyeon, Kai menutup kupingnya "YA! kalau kau kaget tidak perlu selebay ituu, memang ada apa dengan nama Hyuna? apa seindah itu?" Kai membentak Jiyeon "Kim Hyuna Ah?" tanya Jiyeon hati-hati "kau mengenalnya?" tanya Kai penuh selidik "iya.." tangan Jiyeon bergetar dan dia mencoba menyembunyikannya dengan menaruhnya dibawah meja "di mana kalian pernah kenal?" tanya Jiyeon "ah lupakan.. aku hanya pernah mendengar namanya saja, ayo makan yang banyak." Jiyeon gelagapan, Kai mengendus ada yang aneh dari Jiyeon.

Jiyeon POV :

Kim Hyuna Ah, dia adalah sahabat lamaku yang merebut oppa myungsoo dariku, dan kini? katanya dia berpacaran dengan Kai? 

Menurut desas-desus yang beredar, Kim myungsoo dan Kim Hyun Ah sudah berpacaran lebih dari 2 tahun, dan aku tahu dari abonim kalo Kai juga sudah berpacaran dengan Hyuna sejak 1 tahun yang lalu. Omoo... kasihan suamiku telah diselingkuhi oleh dia.

Kai POV :

Sampai di kantorpun aku masih bingun dengan apa yang terjadi tadi, Jiyeon mengenal Kim Hyuna Ah, tapi kenapa dia seolah menyembunyikan sesuatu? ada apa? apakah Jiyeon adalah teman Hyuna? tapi kenapa Hyuna tidak pernah memperkenalkannya padaku? ck... padahal aku dan dia sudah lama berpacaran, yang aku kenal hanya sebagian temannya, keluarganya pun aku tidak kenal.

Author POV 

...

Malam ini, Jiyeon kembali menunggu Kai. Jiyeon hanya bertemu dengan Kai saat sarapan dan makan malam saja, makanya Jiyeon harus tetap menunggu Kai datang, sampai akhirnya Jiyeon tertidur di meja makan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara pintu dibuka, Jiyen terbangun dan mendapati Kai tengah menatapnya "kau kenapa tidur disitu? apakah meja makan adalah tempat tidurmu?" Kai berjalan angkuh, "aku menunggumu Jong in, kau kenapa pulang larut sekali?" tanya Jiyeon mengekori Kai "ada meeting, siapa suruh menungguku? kau keluarlah, aku ingin mengganti baju" Kai mendorong pelan Jiyeon, Jiyeon mendengus "sudah 2 hari, tapi dia masih dingin seperti ini." Jiyeon berjalan gontai menuju meja makan, saat Kai membuka pintu, Jiyeon masih bergeming "kau sudah makan?" tanya Jiyeon sambil mengucek-ngucek matanya "sudah" jawab Kai singkat "ck, harusnya tadi aku menelfonmu supaya tidak menunggu seperti ini, ya sudahlah... yang penting kau sudah makan" kata Jiyeon dan setelahnya sibuk mengambil makanan untuk dirinya sendiri "kau menungguku? ck, aku sudah bilang berapa kali dari awal kita menikah... Aku tidak akan pernah melirikmu. Harusnya kau tahu diri" Kai menatap Jiyeon bengis, Jiyeon menunduk mencoba menahan tangis "amugotdo anii, setidaknya aku berusaha untuk menjadi istri yang baik. Walaupun dimatamu hanya Hyuna-ssi, tapi aku akan tetap memperlakukanmu sebagaimana suamiku, walau aku juga belum bisa menerima kau adalah bagian dari diriku saat ini. Tapi aku akan berusaha untuk menerimanya" jawab Jiyeon sambil menyungginggang seulas senyuman. Sekali lagi, Kai acuh tak acuh.

Sehabis makan, Jiyeon duduk diam di tempat tidur, di sampingnya Kai sudah terlelap. Mereka tidur satu ranjang, tapi jangan harap akan ada apa-apa, karena Kai sudah memberitahukannya bahwa tidak akan ada malam pertama, ataupun ciuman mesra, pelukan, dan semua perlakuan layaknya suami istri.

Jiyeon menunduk. Walau masih tampak sabar, hatinya kadang meronta 'tidak bisakah dia memperlakukanku layaknya seorang wanita? bahkan aku terlihat tampak seperti patung. mendengar apa yang dia ucapkan, tapi tidak boleh melawan semua yang dia katakan. Aku tahu dia dan aku masih sulit membuka pintu satu sama lain, tapi setidaknya... dia menghargaiku layaknya aku menghargainya' batin Jiyeon.

...

Pagi ini, Jiyeon sudah sibuk menyiapkan Kai sarapan, dan setelah Kai membuka pintu hendak menuju ke kantor, Jiyeon menghalangi jalannya "ayo makan bersama" jawab Jiyeon sambil mengembangkan seulas senyuman "tidak perlu, kau makan saja. Aku akan makan diluar" jawab Kai kini cepat-cepat memakai sepatunya "Jangan seperti ini terus Jong in, masa setiap pagi aku harus membujukmu makan? sudah 5 hari ini kau kubujuk teruus.. ayolah, kalau sudah siap-siap, kau makanlah saja. Jangan sepert ini terus" Jiyeon merengek "YA!! KALAU BUKAN KARENA APPA, AKU TIDAK AKAN MENIKAHIMU. JADI JANGAN TERLALU BERHARAP BANYAK" bentak Kai, kali ini Jiyeon betul-betul kaget mendengar bentakannya "apa aku terlihat semurahan itu?" Jiyeon mematung "Ne, tiap hari kau mencoba mengambil hatiku dengan menungguku makan malam, menyiapkanku sarapan. Kalau aku menolakmu, harusnya kau menjauh" Kai menatap tajam Jiyeon. Jiyeon terdiam "mungkin kemarin kau lelah, makanlah sesuap saja, atau dua suap. Setelahnya kau bisa kerja" kata Jiyeon, Kai mendengus tapi akhirnya menurutinya, makan 3 suap dan setelahnya pergi. Tapi, kai lupa minum air, akhirnya cepat-cepat Jiyeon membawakannya air dan berlari mengejar Kai "jong iin" teriak Jiyeon, Kai berbalik menatap bingung Jiyeon "wae?" tanya Kai "kau lupa minum" Jiyeon memberikannya pada Kai, tapi Kai menghempaskan gelasnya dan membuatnya pecah berhamburan.

Kai tidak melakukan apapun, malah beranjak pergi dan meninggalkan Jiyeon membereskan pecahan gelas kacanya "cih.. perempuan licik, sampai kapan dia berpura-pura baik seperti itu?" Kai menatap Jiyeon dengan tatapan menghunus.

Jiyeon masih membereskan serpihan kaca saat seorang anak menyenggolnya sampai membuatnya terjatuh dan membuat tangan kananya terkena serpihan beling yang di kumpulkannya, Jiyeon mengerang, untung Kai baru mau melajukan mobilnya saat menyaksikan tangan Jiyeon terkena beling.

Kai keluar dari mobil dan menghampiri Jiyeon "Gwenchana?" tanya Kai, Jiyeon yang masih mengerang kesakitan tidak bisa mengatakan apa-apa, malah saat melihat darah, Jiyeon pingsan.

...
-At Hospital-

Kai menunggu Jiyeon sadar, saat ini appa dan abonim mereka sedang tidak di korea, jadi percuma mengabari mereka. Ada tugas kantor yang sangat penting, jadi Kai tidak ingin menambah banyak fikiran mereka.

"ugh..." Jiyeon tersadar dari pingsannya. Tangan kanan Jiyeon di jahit karena beling merobek tangannya lumayang dalam, belum lagi serpihan-serpihan beling yang masuk ke tangannya, untuk pertama kalianya Kai khawatir dengan Jiyeon.

"kau sudah sadar?" Kai menghampiri Jiyeon "ini dimana? terlihat bukan seperti rumah" Jiyeon menatap sekeliling, "kau sedang ada di rumah sakit Jiyeon-ssi" kata Kai "mwo? ige mwoy.... aww" Jiyeon mengerang, dan saat melihat keadaan tangannya yang dibalut perban, Jiyeon tersadar bahwa tadi dirinya pingsan "ini hanya terkena beling, tapi kenapa sampai dirumah sakit?" Jiyeon masih menatap tangannya "seandainya saja hanya terkena beling, kenapa tanganmu harus dijahit?" tanya Kai "apa? jadi tanganku berdarah?" tanya Jiyeon, tapi akhirnya mengingat kali terakhir dia tersadar... dia melihat begitu banyak darah, Jiyeon memejamkan matanya dengan kuat, menghilangkan kenangan darah dalam memorinya "ya! kau kenapa?" Kai mengguncang-guncang bahu Jiyeon, Jiyeon membuka matanya mencoba mengatur nafasnya dan menahan tangisnya "kau kenapa?" tanya Kai lagi "aniyoo..." jawab Jiyeon dengan seulas senyumnya.

"Ya! aku sedang baik, jadi berbicaralah. Aku akan mendengarmu" Kai menatap Jiyeon, kini bukan dengan tatapan benci lagi "umma..." Jiyeon menunduk menahan tangisnya "saat itu, kami berjalan berdua... di taman yang indah, penuh dengan berbagai bunga. Umma suka bunga, sangat suka. Jadi kami ke taman itu.... tidak ada apa-apa. sampai kami pulang, umma dan aku menyebrang jalan. Entah apa yang kufikirkan saat itu, aku berlari melewati jalan, dan Umma mengejarku, saat aku hampir ditabrak oleh mobil yang berlaju kencang, umma menyelamatkanku, walau akhirnyaa... dia, dia yang tidak terselamatkan... banyak darah, banyaakk... umma dan aku penuh dengan darah. Sampai di larikan dirumah sakit, umma ternyata sudah tidak ada.. umma pergi meninggalkan aku dan abonim. Aku trauma melihat darah... aku tidak ingin mengingat darah yang mengalir disekujur tubuh umma, aku tidak ingin mengingat bahwa akulah yang membunuh umma..." Jiyeon terdiam, dia terguncang hebat, mencoba menahan tangisnya tapi tidak bisa menahannya, seketika Kai memeluknya "sudah tidak apa-apa, mianhe sudah membuka kembali lukamu. Jangan menangis, kau cantik saat tersenyum." Kata Kai sambil mengelus pelan rambut Jiyeon. Jiyeon membalas pelukan Kai dengan tangan kirinya "aku ingin merasakan rasanya jadi umma, memasak untuk suami, membersihkan rumah. melakukan seluruh apa yang dilakukan umma. dan, menjadi ummaku tidak semudah yang kubayangkan yah... harus ada proses sabar... dan mengalah." kata Jiyeon, Kai masih memeluk Jiyeon.

Kai POV 

Entah kenapa, aku merasa sangat jahat pada Jiyeon. Semua tuduhan yang kukatakan padanya dan semua perlakuan burukku padanya... Dia bahkan sama sekali tidak pernah menangis didepanku saat aku membentaknya, mencacinya, dan memarahinya. Sebaliknya, dia malah tetap tersenyum dan mengkhawatirkanku. Kufikir dia melakukan itu hanya karena dia disuruh oleh appa atau abonim, berpura-pura baik. Tapi ternyata, dia melakukannya bukan karena bersandiwara.

Pelukannya pun terasa hangat dan nyaman. Bahkan pelukan Hyuna tidak seperti ini...

Author POV

-Di Rumah-

"Jong in, kau mau makan apa?" tanya Jiyeon "makan apa saja" jawab Kai, lupa bahwa tangan Jiyeon masih diperban. Jiyeon membuka kulkas dan mengambil semua bahan-bahan makanan dengan tangan kirinya. Setelah itu mengambil alat dan menaruhnya di atas meja.

Setelah semuanya sudah terkumpul, Jiyeon bingung bagaimana caranya memasak dengan tangan yang diperban. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk kekamar mengatakan bahwa dia tidak bisa memasak pada Kai

"Kai..." panggil Jiyeon "ne?" Kai berbalik "bisakah hari ini kau membeli makanan diluar?" tanya Jiyeon hati-hati "wae?" tanya Kai "aku tidak bisa memasak dengan hanya memakai tangan kiri" kata Jiyeon sambil menunduk menatap nalar tangannya, Kai berdiri "astaga, aku lupa... iya, aku akan pergi membelikan makanan. Kau mau makan apa?" tanya Kai sambil mendekati Jiyeon "kau suka makan apa?" tanya Jiyeon "makaaaann...bibimbap" jawab Kai "yasudah, kita makan itu saja" jawab Jiyeon antusias "kau suka makan apa?" tanya Kai lagi "apa yang suamiku suka, itu juga yang aku suka" jawab Jiyeon sambil tersenyum kearah Kai "kau ini... yasudah, aku pergi dulu" Kai mengelus pelan rambut Jiyeon dan mencium keningnya. Jiyeon terdiam mendapatkan ciuman dari Kai.

Kepergian Kai, Jiyeon hanya diam di tempat tidur, duduk merenung menatap tangannya "seandainya tanganku sudah sembuh, aku bisa memasakkan makanan buat jong in." Jiyeon menunduk frustasi, tiba-tiba pintu kamar terbuka, ternyata Kai "ige mwoya?" Kai menghampiri Jiyeon "eo? aniyoo, kenapa? ada yang kau lupa?" tanya Jiyeon "dompet" jawab Kai singkat "kau kenapa?" tanya Kai lagi "aniyoo..." jawab Jiyeon, seketika Kai memeluk Jiyeon "tidak usah difikirkan tanganmu... nanti juga akan sembuh" Kai menenangkan "aniyoo.. kali ini, kali pertama kau mau dimasakkan olehku. tapi aku, malah memintamu membeli masakan di luar. Padahal aku ingin sekali melihatmu makan dengan masakanku" jawab Jiyeon dengan nada sedih "gwenchanaa.. aku janji, akan memakan masakanmu seterusnya sampai selama-lamanya..." jawab Kai "jinja?" Jiyeon menatap Kai dengan dagunya diatas dada Kai "eo..." Kai mengangguk senang, Jiyeon tersenyum sumringah, seketika Kai mencium bibir Jiyeon dan keningnya "aku pergi, tunggu aku" jawab Kai, Jiyeon mengangguk gugup.

Kai POV

Omoo... aku menciumnya, ige mwoya? apa aku sudah mulai jatuh cinta padanya? padahal ini hanya ciuman biasa, kenapa aku merasakan sesenang ini? bahkan aku tidak pernah sesenang ini sebelumnya. Kurasakan Jiyeon sudah benar-benar menjadi istriku. Dulu, aku mengatakan bahwa tidak akan ada ciuman, pelukan.. tapi, malah aku yang memeluknya dan menciumnya. Omoo... aishii..

Jiyeon POV 

Mwo? dia menciumku? benarkah ini? apa dia sudah mulai mencintaiku? ummaa... anakmu benar-benar punya suamii. Dia menganggapku sebagai wanita ummaa!!! 

Author POV

Kai berjalan masuk menuju restaurant. Dengan langkah mantap, dia memasukinya... Tapi saat beberapa langkah memasuki pintu restaurant, terlihat Hyuna dan namja yang tidak dikenalnya saling bermesraan dengan dikelilingi oleh teman-teman yang tidak pernah dikenalkan oleh Kai sebelumnya

"Selamat hari 2 tahun 5 Bulan Anniversary Hyunaa.. Myungsoo" Teriak salah satu temannya yang membuat Hyuna semakin tambah merona, Myungsoo, namja yang berada di dekat Hyuna malah memeluk mesra Hyuna. Kai menatap semua itu dalam dia. Saat Hyuna menatap ke sembarang arah, dan saat itu... tatapannya terkunci akan Kai. Hyuna terlonjak kaget dan berlari menemui Kai "Oppaa" Panggil Hyuna, Kai sudah beranjak dan ingin memasuki mobilnya saat Hyuna mencegatnya "oppaa..." teriak Hyuna, Kai berhenti, tapi enggan menatap Hyuna "oppa mendengarnya?" tanya Hyuna hati-hati "menurutmu? apa aku orang tuli?" tanya Kai bengis "mianhhee.." jawab Hyuna walau tanpa ada raut penyesalan "satu tahun hubungan kita itu adalah kebohongan? bisa-bisanya kau melakukan itu padaku hyunaa" Kai mencoba menahan amarahnya "mwo? lagian oppa sudah mempunyai istri. Kenapa membahas yang kemarin?" Hyuna menatap Kai dengan bingung "pantas saja saat aku memutuskanmu, kau tidak terlihat sedih" Kai menatap tajam Hyuna dan setelahnya memasuki mobilnya dan beranjak pulang.

...

Sesampainya dirumah, Kai berjalan gontai dan memasuki kamar, Jiyeon sudah terlelap. Kai berbaring di perut Jiyeon, Jiyeon terbangun "jong in?" Jiyeon memastikan bahwa itu adalah Jong in "kau tahu kalau Hyuna berselingkuh?" tanya Kai akhirnya "mianhee" jawab Jiyeon pelan "tapi kenapa kau tidak mengatakannya padaku?" tanya Kai "saat itu kau masih membenciku, apapun yang kukatakan pasti tetap akan kau anggap bohong" jawab Jiyeon sambil mengelus rambut Kai "apa kau bertemu dengan oppa myungsoo dan hyuna?" tanya Jiyeon "kau mengetahui nama namja itu?" Kai menatap Jiyeon penuh selidik "tentu saja, aku yang menyukainya pertama. Tapi, Hyuna mengambilnya dari aku, seperti mengambil permen dari anak kecil. Begitu mudah dan menyedihkan" kata Jiyeon sambil tersenyum menatap Kai "wae? kau masih belum bisa melupakannya?" tanya Jiyeon, Kai menggeleng, kini bersandar di bahu jiyeon "aniyoo.. aku hanya berasa ditipu. 1 tahun bersamanya, aku bahkan tidak mengendus sesuatu yang aneh" Kai menggeleng tidak percaya akan dirinya "itu karena oppa sedang kuliah di LA selama satu tahun." jawab Jiyeon, Kai mengangguk "mana makanannya?" tanya Jiyeon "astaga.. aku lupa membeli, Kai menepuk jidatnya "ckck.. jadi? apa kau ingin belajar memasak?" tanya Jiyeon "bolehkan?" tanya Kai "bagaimana kalau kau menjadi tangan kananku?" tawar Jiyeon "tanganmu yang di perban itu? aku yang menggantikannya?" tanya Kai lagi, Jiyeon mengangguk "Baiklaah" jawab Kai dan menarik tangan kiri Jiyeon menuju dapur.

Kai memeluk Jiyeon dari belakang seolah-olah mereka adalah satu raga. Kepalanya disandarkan di bahu jiyeon, dan tangan kirinya dia lingkarkan di pinggang Jiyeon, dengan itu... dia menjadi tangan kanan Jiyeon.

Setelah hampir sejam memasak, masakan mereka akhirnya jadi. Jiyeon menatap masakan mereka berdua dengan senyum bahagia.

Kai mulai memakan, Jiyeon bersusah payah mengambil sendok dari piringnya, Kai yang melihat tingkah jiyeon seketika tertawa "hahaha.. hentikan, sampai besokpun kau tidak bisa mengambil sendok itu" Kai mengambil sendoknya dari atas piring dan mendekatkan kursinya ke kursi Jiyeon "apa boleh buat. Sudah terlanjur jadi tangan kananmu, bagaimana kalau aku menyuapimu?" tanya Kai, Jiyeon mengangguk cepat "Ya! jangan mengangguk sekencang itu lehermu bisa copot" Kai mengacak rambut Jiyeon yang membuat Jiyeon turut mengacak rambutnya dengan tangan kanannya.

...
Hari ini, Jiyeon dan Kai honeymoon pertama ke pulai Jeju, di pesawat, Kai tak hentinya memegangi tangan Jiyeon dan bersandar di bahunya "chagiyaa" panggil Kai "um.." gumam Jiyeon "maaf waktu itu aku sangat kasar padamu" kata Kai "aniyoo... Arrasseo... Gwenchana" jawab Jiyeon. Kai memeluk Jiyeon dengan sayang "bagaimana jika disana kita berjalan-jalan dipantai?" tawar Jiyeon "boleh..." jawab Kai masih memeluknya, "kalau berbaring-baring di taman?" tanya Jiyeon lagi "umm.. boleeh" jawab Kai lagi "bagaimana kali kitaa.. ummm" belum berhenti Jiyeon bicara, Kai sudah menciumnya dengan lembut "diamlaah, kau  membuatku tidak bisa tidur" kata Kai lagi, Jiyeon mengangguk dan mengelus pelan kepala Kai.

...
Kadang kala, ada cinta yang dipaksa... Ada cinta yang datang sendiri tanpa dipaksa. Jiyeon dan Jong In. Adalah bukti dari cinta memang harus mengalami proses sakit... itu adalah proses kedewasaan. Cinta sebenarnya tidak terlalu rumit jika dilihat dari satu sisi. Lihatlah dari sisi hatimu :)

author : ydf^^ 

3 komentar:

  1. ceritanya bagus chingu ^3^)b tapi alur cerita pertama terlalu singkat. kebelakang udah bagus kok tapi. semangat ^^)9 kai jiyeon fighting

    BalasHapus
    Balasan
    1. gomawoo~~ entar aku bikin yang gak kecepetan dehh.. hehe.. fighting~ ^^

      Hapus
  2. Bagus kokkkkk!^^
    Keep writing chinguu

    BalasHapus