Dia kembali bersama kenangan, melayang-layang diatas kepalaku...
Mencoba menawarkan, mencoba mengembalikan...
Kembali menjadi malaikatnya...
...
DONT BE A SILENT READER JUSEYO!!!
PLEASE SUPPORT ME WITH YOUR COMMENT BELLOW <3
GOMAWO CHINGU^^
PEMERAN :
PARK JIYEON (T-ARA)
KIM JONG IN (EXO-K)
EUNJUNG (T-ARA)
ONEW (SHINEE)
TAEMIN (SHINEE)
KEY (SHINEE)
ALL MEMBER EXO-K
NAEUN (A-PINK)
Review :
“ne? mwo kamjong?”
“kau dimana?”
“di jalan”
“mwo? Aku kan bilang tunggu
dulu! Jiyeon ada disini!”
“jiyeon? Park jiyeon? Ah
jinja?”
“palli! Cepat kesini!”
“aish… aku sudah hampir
sampai. Kau saja kerumahku dengan Jiyeon. Aku malas putar arah”
“EO? Kau ingin mengerjaiku?”
“palli kamjonng…!!”
“aiish… Ne..Ne..”
Kai mematikan handphonenya “kita kerumah Taemin. Apakah tidak apa-apa?” Tanya Kai padaku, “justru aku yang bertanya padamu. Kau tidak ada jadwal apapun?” Tanyaku “animnida. Kajja!” Kai menarik tanganku. Aku mengekorinya dan kini kami berdua menuju rumah Taemin.
“tidak
apa-apa kita pergi berdua seperti ini? Apakah fans mu tidak marah?”
“aniyeo… Mereka sepertinya tidak mengenaliku tadi”
“aniyeo… Mereka sepertinya tidak mengenaliku tadi”
“ah
jeongmal?”
“ne…
kau sendiri? Apa tidak apa-apa berdua dengan namja?”
“ne?”
“apa
tidak apa-apa berdua dengan namja seperti ini? Namja chingumu tidak marah?”
“ani…ani…”
“wuah…
namja chingumu pengertian sekali”
“aniyeoo…
aku… aku tidak sedang berpacaran”
“jinja?”
“ne”
“wae?”
“fokuslah
menyetir!”
“um..ne”
Percakapan
itu berhenti sampai disitu. Setelahnya, ada diam yang tercipta. Aku tidak bisa
melakukan apapun setelahnya. Karena percakapan itu membuat jantungku hampir
jatuh. Kai, untuk apa dia menanyakan soal namja chingu segala? Dia pasti sudah
tertawa mengejekku. Yeoja 20 tahun, tidak punya pacar? Aish…
Sesampainya
didorm Taemin, aku dan Kai berjalan berdampingan “kau bilang dirumah Taemin?”
tanyaku “apa ini tidak terlihat rumah?” Tanya Kai sambil menekan pintu lift dan
segera masuk “okeh ralat, apartemen… apa ini tidak terlihat seperti tempat tinggal?”
Tanya Kai lagi “bukan itu maksudku… Ini bukan rumah Taemin, rumah Taemin tidak
seperti ini” aku menggeleng cepat “dia sedang tidak dirumah” kata Kai “ah?
LALU!?!?!” aku berteriak histeris, suaraku menggema di lift yang membuat Kai
menutup telingnya “ini dorm SHINEE nunna… Taemin tinggal disini sekarang” kata
Kai, aku akhirnya menghembuskan nafas lega dan tersenyum kearahnya
“yeobosseyo?” Kai menelfon Taemin
“mwo?”
“aku
sudah sampai.”
“tunggu
sebentar. Aku sedang di kamar mandi. Aku akan menyuruh Key membuka pintunya”
“palli!”
“ne!”
-TUT-
telefon ditutup
Kai menekan bel pintu dorm SHINEE,
beberapa menit kemudian seseorang membuka pintu. Aku terkaget-kaget melihat
siapa yang membuka pintu. KEY! JINJA KEY? Aigoo…
“KEEYYY!!” pekikku, aku yang tadi berada
dibelakang Kai kini berlari memeluknya “Jiyeon?” dia kaget dan membalas
pelukanku “orimaniyoo” katanya “kajja… kita masuk dan menunggu Taemin selesai
mandi.” Katanya dan mengajakku masuk. Kai yang bengong akhirnya kutarik masuk
juga.
Kai duduk disofa “Naeun?” Kai baru
menyadari keberadaan Naeun disebelahnya, Naeun hanya tertawa pelan “annyeong
oppa” dia membungkukkan badannya “kau? Sedang ingin berkencan dengan Taemin?”
Tanya Kai “ani… aku hanya sedang mengunjunginya. Tapi kata Key dia sedang mandi,
jadi aku menunggunya” kata Naeun dan akhirnya Kai mengangguk.
Aku sedang sibuk ngobrol dengan Key
yang sifatnya sama sekali tidak berubah dari 2 tahun yang lalu.
Oke, aku berbohong tidak pernah
mengikuti training. Aku sempat mengikuti training bersama dengan Key, dan
sahabatnya Onew.
Kami sangat dekat bertiga,
bersahabat bisa dibilang seperti itu. Sampai akhirnya aku dan Onew saling jatuh
cinta dan berpacaran. Selama training yang mengetahui hubunganku dengan Onew
hanya Key. Tapi seperti ada celah, ada seseorang yang membocorkannya. Yang
jelas bukan Key, mungkin orang yang pernah menguping perbincanganku dengan
Onew. Dan akhirnya salah satu dari kami harus berhenti untuk training.
Onew tidak ingin berhenti, dia
bilang jika aku mencintainya aku harus rela melepaskan training di SM untuknya.
Pengorbanan cinta terakhir untuknya. Aku mengiyakan, karena bagaimanapun dulu
aku sangat mencintainya. Akhirnya aku memilih untuk keluar dari training.
Padahal bisa dibilang aku adalah trainer yang giat berlatih lebih dari
siapapun. Jika Kai menganggapku hebat dalam dance, itu karena latihan dance
bertahun-tahun dengan istirahat seminimnya dan latihan sepenuhnya. Bahkan sudah
beberapa kali lengan dan kakiku retak karena latihan.
Key adalah yang paling mengenalku.
Dia adalah sahabat dari Onew sekaligus teman yang baik untukku. Dia juga
orangnya sangat lucu. Key lah yang membuatku semangat kembali setelah
trainingku gagal. Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku membenci boyband dan
girlband. Karena itu adalah mimpiku yang harus terhenti disaat aku baru saja
memulai mimpiku itu.
“apakabarmu sekarang?” Tanya Key
“baik-baik. Ya! Aku bahkan tidak mengenalimu diatas panggung. Kenapa kau
merubah penampilanmu dari namja polos menjadi ganster seperti ini?” aku memukul
pelan lengan Key “aku memang masih polos yeon!” Key melakukan aegyeo nya yang
membuatku tertawa terbahak-bahak “yeon…” panggil Key, aku menatapnya dengan
tatapan bertanya “Onew ada dikamarnya” kata Key setengah berbisik, aku menunduk
pelan “bisakah kita melewatkan pembahasan ini? Aku sudah tidak ingin mendengar
namanya” aku merasakan redup mataku, aku merasakan betul hancurnya hatiku saat
ini.
Aku lupa menceritakan hal ini… saat
aku mengundurkan diri menjadi trainer, Onew menemuiku di café dimana kami
sering bertemu saat masih pacaran “yeo~on” panggil Onew “aku senang kau keluar
menjadi trainer” katanya sambil tersenyum padaku, aku terbelalak masih tidak
mengerti apa yang difikirkannya “kau… tidak sadarkah kau… kau adalah ancaman
nyata untukku” kata Onew menatapku tepat dimanik mataku “a…apa maksudmu?”
tanganku mulai bergetar “tekadmu yang mengerikan menakutkanku… Aku tidak suka
dikalahkan, bahkan jika itu dari orang yang kusayang sekalipun. Aku tidak akan
mundur…” katanya “dari awal aku berpacaran denganmu dengan menginginkan akhiran
seperti ini yeo~on” dia menopang dagunya “apa yang kurang darimu? Itu adalah
ancaman terbesarku… bahkan kau tanpa make up pun sudah dapat menghipnotis
siapapun yang melihatmu” Onew tersenyum, walau kutahu senyumnya bukan senyum
yang dulu kukenal. Dia adalah orang lain yang berasal dari kegelapan. Dia
adalah sosok tanpa cinta dan berkabut mengerikan.
Saat itu yang kulakukan hanya
menatapnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat dia pergipun dan membayar
minuman yang sama sekali tidak pernah kusentuh pun aku masih bergeming dan
mematung. Jika aku benar-benar bisa, aku menjadi patung saat itu juga.
Taemin selesai mengganti bajunya dan
menggusur Kai sehingga dia duduk disebelahku. Key akhirnya berjalan menuju
kamar. Tinggal kami berempat “yeon” Taemin menyapaku dan memelukku sesaat “kau
makin cantik rupanya” dia tersenyum padaku aku hanya balik tersenyum. Redup
mataku masih seperti tadi “wae? Gwenchana?” Taemin menatapku khawatir “ani…”
aku menggeleng cepat dan mencoba memperbaiki mood ku… atau setidaknya
menyembunyikan mood ku “aku tadi berbincang-bincang dengan Key…” kataku yang
membuatnya akhirnya mengerti.
Diantara teman-temanku. Yang tahu
antara aku dan Onew adalah member SHINEE dan Eunjung. Aku ingin menutupi
semuanya, seakan semuanya baik-baik saja dari awal. Onew adalah masa lalu dan
mimpi burukku. Aku tidak bisa menghentikannya apalagi membuatnya berakhir
sampai disini. Mimpi itu begitu nyata dan menyayat hatiku setiap aku mengingatnya.
“itu sudah 2 tahun yang lalu yeon…
sampai kapan kau mengingatnya?” tanyanya, aku hanya tersenyum simpul “sampai
otakku keluar dari kepalaku.” Kataku asal.
Kai menyaksikannya, masih dengan
tampang bingungnya. Tapi aku tidak peduli, dia mungkin hanya sebagian dari
teman yang masih belum bisa kupercaya. Setidaknya dia baik, tapi aku tidak mau
terlampau terlalu jauh untuk itu. Dia adalah boyband sama seperti Onew, dan
bernaung di agency yang sama
“Nunna… kau mau minum apa?” Kai
menawarkanku “air putih saja cukup” kataku. Dia mengangguk dan berjalan menuju
dapur “oke, Milk shake. Aku akan membuatkanmu itu” katanya dan berjalan menuju
dapur dan membuatku terbengong “dia menang selalu seperti itu.” Taemin
tersenyum kik kuk. Aku hanya mengangguk pelan.
“yeon.. ini Naeun. Yeoja Chinguku”
kata Taemin sambil tersenyum malu-malu “Naeun?” aku menjabat tangannya dan
tersenyum kearahnya “dia adalah sahabatku saat sebelum training. Dia orangnya
baik… tapi sedikit galak. Makanya tidak ada namja yang berani mendekatinya”
Taemin menatapku dan tertawa pelan. Aku hanya mengumpat dalam hati “Taemin!!!!”
teriakku dan menimpukinya bantal. Naeun hanya tertawa “kalian ada acara WGM
kan?” tanyaku, mereka berdua mengangguk “chukkae” kataku.
Key keluar dari kamar, bersama
dengan Onew. Namja yang tidak ingin kulihat sampai kapanpun. Onew berjalan
mendekatiku aku menatapnya dingin “orimaniyeo yeo~on” katanya dan duduk
disebelahku. Aku hanya menatapnya dan menggeser dudukku menjauh “kau masih
marah padaku?” tanyanya, aku masih bergeming “mianhae yeo~on… aku menyesali
perbuatanku” katany dan menunduk pelan “aku memikirkan perkataanku di café
waktu itu sampai saat ini. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu… aku begitu
bodoh telah membuatmu tersakiti wakut itu. Mianhae” dia kini memelukku. Aku
masih tidak bereaksi membiarkannya mengatakan semaunya, tapi aku tidak akan
pernah mendengarkan apa yang dia katakan lagi “yeo~on… saranghae.. Jinja
saranghae… aku bisa saja keluar dari boyband ini, aku bisa saja keluar dari
agency ini asalkan kau mau memaafkan aku dan kembali lagi padaku… aku sangat
menyesal” katanya dan mempererat pelukannya. Kai berjalan mendekati kamu
berdua.
Kai hanya menatap kosong
pemandangannya didepan. Aku yang muka pucat pasih dan Onew dengan mata memerah
menahan tangis “saranghae” katanya, aku berdiri dan meronta melepas pelukannya
dengan sekali hentakan. Aku menatapnya dengan tatapan marah dan menamparnya
sekuat tenaga “MWORAGO?!?!” aku histeris. Taemin dan Naeun kaget bahkan Naeun
bersembunyi dibalik punggung Taemin. Key seperti biasa hanya duduk dikursi
sambil menatap kami bergantian. Dan Kai, aku tak bisa melihat ekspresinya
karena dia berada tepat dibelakangku “KENAPA KAU SELALU NGOMONG SEENAKMU!!!”
bentakku “DULU KAU YANG BILANG SENDIRI KAN PADAKU! AKU ADALAH ANCAMANMU! AKU
ADALAH MUSUHMU! TAPI APA? KAU MENGATAKANNYA LAGI? KAU INGIN MENGULANGNYA? KAU
INGIN MERELAKANNYA? YA!! DEO MINCHEOSSO!!” kini air mataku benar-benar
mengalir.
“mungkin dulu aku adalah yeoja pabo
yang dibutakan oleh cinta. Yang merelakan training berhargaku hanya untuk namja
sepertimu. Tapi sekarang… aku menikmati hidupku yang seperti ini. Tanpa Onew!”
aku menatap tepat dimanik mata Onew “kau dulu adalah matahariku di pagi hari,
bulanku dimalam hari. Maka dari itu aku merelakan semuanya hanya untuk
kebahagiaanmu. Dan menelan semua kepahitanku untuk dirimu. Dulu kau adalah
orang yang satu-satunya mengisi setiap senti hatiku! Tapi sekarang, itu
terlihat bodoh untukku….” Aku mengibaskan rambut dan kembali menatap Onew yang
kini menunduk “DEO!” aku menunjuk Onew tepat didepan matanya “sampai kapanpun
jangan pernah melakukan hal seperti itu… Karena kalau kau melakukannya!!!” aku
berjalan selangkah, mengepalkan tanganku “mati kau!!” kataku dan berbalik
mencari Kai dan menariknya keluar “Taemin, Key… aku pamit. Nanti kita bertemu
lagi, tapi kuharap tanpa orang itu” aku menatap mereka bergantian dan
melanjutkan jalanku.
Saat keluar dari pintu dorm, aku
terjatuh dan menumpuhkan badanku di kedua tanganku. Aku menunduk
sedalam-dalamnya, mencoba menetralkan semuanya. Mencoba melupakan semuanya.
Mencoba menghilangkan semuanya.
Potongan-potongan masa lalu yang
indah kini terekam jelas diotakku. Saat Onew mengantarku ke rumah sakit karena
pergelangan kaki kananku retak, saat aku latihan semalaman dan dia menemaniku
sampai tertidur, saat kami berjalan layaknya seorang yang berpacaran normal,
Saat ciuman pertamaku yang canggung di bioskop. Tapi saat itu juga… disaat yang
bersaman rekaman menyesakkan itu juga ikut terekam. Saat di cafe, saat dia
tersenyum padaku bukan dengan senyuman terbaiknya, saat dia menghiraukanku di
tempat training, saat air mata pertamaku karena cinta… itu sudah cukup kembali
membuatku terhuyung dan kembali menangis. Kai kebingungan “Nunna, jangan
menangis” dia menenangkanku, dia bingun dengan apa yang terjadi. Akhirnya aku
berhenti menangis dan mencoba memperbaiki moodku.
“Nunna? Sudah selesai?” dia
menatapku, aku mengangguk pelan. Dia membantuku berdiri dan memegang kedua
pundakku. Aku yang masih terhuyung akhirnya menerima saja dibimbing berjalan
seperti ahjumma tua “sebenarnya apa yang terjadi? Dari tadi aku terlihat
seperti orang bodoh” katanya sambil menggaruk tengkuknya “amugotdo…” kataku dan
berbalik menatapnya lalu tersenyum menenangkannya.
-KIM
JONG IN POV-
Jinja, senyumannya adalah senyuman
terindah yang pernah kulihat. Aku terpaku sepersekian detik. Fangirl ini,
kenapa aku merasakan hal aneh jika bersamanya? Tidak cukup 24 jam aku
melihatnya. Tapi dia selalu membuatku hampir kehilangan kesadaran. Senyumnya,
dan dance menakjubkannya, lalu tangisnya… Di bangku penontonpun dialah
satu-satunya yeoja yang dapat menyedot perhatianku. Wae ire? Love at the first
sight? Apa rasanya seperti ini?
“Kajja, kita pulang. Rumahmu
dimana?” Tanyaku sambil membukakannya pintu mobil “gangnam street” katanya, aku
terbelalak “kau tinggal di daerah sana?” tanyaku “ne. Wae? Aku tidak terlihat
seperti orang yang tinggal didaerah gangnam? Eo?” tanyanya lalu duduk dan
menaruh tangannya diatas paha dan menautkannya bersama. Aku lalu berjalan masuk
menuju mobil dipintu sebelahnya dan menutupnya kembali.
Jiyeon, dia tidak terlihat yeoja
yang tinggal didaerah gangnam. Penampilannya tidak begitu mencolok. Tidak ada
barang bermerek yang tertempel dibadannya. Kecuali handphone dan tasnya.
Bajunya tampak biasa saja “kenapa melihatiku seperti itu? Eo?” Jiyeon menyadari
aku menatapnya, aku segera berbalik dan menyalakan mesin mobil lalu melajukan
mobilku di jalan raya Seoul.
Sudah gelap. Mengingat Jiyeon yang
menangis dan terlihat seperti orang mati tadi hampir berjam-jam lamanya. Aku
tidak ingin mengganggunya, dia terlihat sangat sedih, walau aku tidak tahu apa
yang terjadi selain pernyataan cinta, bentakan dan tolakan telak.
Onew, dan Jiyeon. Apa yang terjadi
pada mereka sebenarnya?
“Onew adalah mantan pacarku” kata
Jiyeon tanpa berbalik menatapku, aku bingung. Apa dia semacam indigo yang bisa
membaca fikiranku “aku sudah tidak tahan dengan cara menyetirmu yang seperti
orang mabuk itu. Pasti kau sangat penasaran kan? Kalau kau ingin tahu, kau bisa
tanyakan kepada Taemin atau Key” kata Jiyeon masih tanpa berbalik menatapku.
Kini dia menatap keluar jendela,bukan jalanan dan lampu-lampu kota yang menarik
perhatiannya. Tapi suatu fikiran yang entah apa itu.
Aku tidak ingin menanyaka lebih
dalam lagi. Seperti “terus kenapa kau dan
dia saling menangis tadi?” dan “apakah
dia masih tidak bisa melepasmu?” juga “apa
yang membuatmu sampai semarah itu?” tapi itu tidak kulakukan. Mungkin kalau
aku melakukannya bisa saja beberapa menit kemudian orang disebelahku akan
berubah menjadi monster.
Aish… ada apa fikiranmu Kim Jong In?
ini akibat efek bermain game seharian kemarin. Fikiranku jadi tidak jauh-jauh
dari monster.
-JIYEON
POV-
Aku lupa akan Taemin yang menjadi
personil Shinee itu juga salah satu membernya adalah Onew.
Aku tidak ingin melihatnya lagi, aku
tidak ingin melihatnya….
Hari-hariku dan menit-menitku sudah
cukup waktu itu hidup dalam keterpurukan. Sekarang, disaat aku sudah bisa
kembali menikmati hidup, dia kembali menawarkan cinta ? Pabo! Dia benar-benar
namja pabo!
Cinta memang bisa membutakan, bisa
mengikhlaskan. Tapi dendam, adalah hal mutlak, dan Cinta akan terhapuskan oleh
itu.
…
Kami
sampai, Kai mengantarku sampai depan pagar rumah. Dia tampak kaget mungkin
dengan rumahku yang lebih besar dari yang dia bayangkan “kau tinggal bersama
siapa Nunna?” Tanya Kai “sendiri” jawabku singkat “Mwo? Orang tuamu dimana?”
Tanya Kai “dia menetap di Canada bersama adikku disana.” Jawabku lagi “lalu?
Kenapa adikmu tidak ikut bersamamu saja?” Tanya Kai lagi “dia menjadi model
disana” jawabku kini tanpa ekspresi “ow… Arra! Arra!” dia mengangguk mengerti
“nunna, kalo begitu aku pulang. Dah” dia melambaikan tanganya lalu berjalan
menuju mobilnya sambil mengucek-ngucek matanya. Dia mungkin capek hari ini,
setelah manggung harusnya dia beristirahat tapi malah mengurusiku, orang yang
baru saja dikenalnya.
Aku
masuk kedalam rumah. “Aaaa” aku bersuara, menggemakan suaraku. Hidupku adalah
seperti ini. Sepi…
Semenjak
keluar dari trainer, aku akhirnya membuka restoran dan tempat aksesoris di
salah satu Mall Seoul. Restorannya lumayan ramai karena dekorasi colorfull dan
menu yang beragam.
Mulai
dari pancake, pasta, lalu masih banyak lagi.
Tapi
dimalam hari, kembali aku merasakan sepi.. Umma, Appa… bogoooo…
“TING-TONG”
Bel
berbunyi. Aku membuka pintu dan mendapati Kai berdiri tepat di depanku “Nunna…
mobilku mogok diujung jalan sana” katanya dan menunjuk ujung jalan, aku
menengok keluar dan benar saja, mobil Kai ada disitu “ottokhae?” katanya
frustasi “mobilmu memang ada apa?” tanyaku “molla” dia mengedikkan bahu. Aku
akhirnya berjalan masuk dan mengambil jaket lalu berjalan mengikuti Kai, dia
membalikkan topinya dan berjalan santai dengan tangan yang berada dikantung celananya.
Sesampainya
aku membuka kap mobil dan memeriksa mesinnya. Aku cukup bisa memperbaiki mesin
mobil, aku memeriksanya tapi masih tidak bisa menemukan apa yang ganjil “Ya!
Tidak ada masalah apa-apa pada mobilmu!” aku berjalan menghadap menatapnya
dengan tatapan bertanya “Jinja?” dia memeriksa mesinnya tapi terliha kebingungan
“apa bensinnya yang habis yah?” aku berjalan menuju samping ujung mobil dan
memeriksa tangkinya. Dan benar saja, isinya kosong “bensinmu habis Kaiiiii” aku
nyaris histeris. Kai ini benar-benar.
Dia
menggaruk-garuk tengkuknya kini bingung harus melakukan apa. Aku menghembuskan
nafas berat “mobilku juga sedang berada dibengkel. Kendaraanku yang tersisa
hanya motor” kataku lalu berjalan kembali kerumah “jadi?” dia menatapku
frustasi “jadi aku akan mengantarmu naik motor.” Kataku seraya berbalik menatapnya,
dia terbelalak “tenang… aku yang menyetir” aku mengedipkan sebelah mataku dan
kembali meneruskan jalan “aku akan menelfon bengkel langgananku untuk menderek
mobilmu sampai pom bensin lalu besok diantarkan didorm mu” kataku, Kai hanya
mengangguk pelan.
Aku
menyalakan motorku dan memakai helm bermotif pink putih, aku memberikan helm
hitam putih bermotif kulit sapi kepada Kai, Kai menerimanya dan memakainya, terihat
lucu di kepalanya. Bukan seperti helm pembalap tapi helm khas yeoja yang biasa
dipakai di drama-drama.
Kai
menutup kacanya sehingga wajahnya sedikit tidak terlihat. Dia duduk
dibelakangku terlihat malas-malasan naik diatas motor. Awalnya dia menaruh
tangannya didalam saku celananya seperti biasa, tapi karena takut akhirnya dia
memegang pinggangku “Nunna… apa tidak terlihat memalukan? Seorang namja
dibonceng oleh yeoja?” Tanya Kai “anggap saja aku adalah supirmu” kataku, dia
akhirnya mengangguk saja tanpa menjawab apapun.
Beberapa
menit tak ada perbincangan akhirnya aku menegurnya “Kai…” panggilku, dia masih
terdiam. Aku kebingungan, apakah dia marah padaku karena memboncengnya? Atau
karena membuatnya lelah? Kalau bukan karenaku juga dia bisa kembali ke rumah
dengan mobil yang tidak kehabisan bensin.
Aku
memperbaiki posisi kaca spionku dan melihat Kai lewat kaca spion, ternyata dia
tertidur dengan keadaan badan tegak. Aku hanya tersenyum simpul lalu melajukan
kembali motorku.
Lampu
merah. Aku berhenti. Kai yang tertidur malah menabrak badanku. Tangannya tak
lagi memegang pinggangku,tapi malah melingkarinya. Kepalanya bersandar dipundak
kananku. Aku terkaget. Terlebih karena hangat badannya sangat terasa
di punggungku. Rambutnya terasa di pipiku.
Lampu
hijau. Aku kembali melajukan motorku. Kalau dalam keadaan normal bisa saja aku
menendangnya dan kembali kerumah meninggalkannya di jalan. Tapi bagaimanapun
hari ini aku sudah merepotkannya banyak. Jika fansnya tahu aku membuat namja
ini sangat kelelahan, aku bisa saja mati digantung.
Dia
mempererat pelukannya. Membuat nafasku tertahan. Ige mwoya? Apa dia menganggapku
sebagai guling?
Sebelum
tertidur, dia memberikanku alamat dormnya. Beberapa meter lagi kami sudah
sampai. Aku membangunkan Kai “hey…” kataku, dia masih bergeming “kai…”
panggilku lagi. Dia masih bergeming “jong in” aku menyentuh pipinya mencoba membangunkannya.
Dia terbangun. Membuka mata dan mencoba mencerna apa yang terjadi “dimana ini?”
katanya “kau benar-benar tidak ingat? Kau ini amnesia?” aku menggeleng tidak
percaya.
Dia
menatapku, benar-benar kaget bahwa dia memelukku dan bersandar dibahuku. Dia
kaget dan mundur membentang jarak antara kami “bagaimana bisa aku….” Dia gugup
“entahlah…” aku mengedikkan bahu malas menanggapi terlalu banyak “pasti kau
senang yah aku memelukmu? Apa kau merancanakan ini?” tanyanya dengan tampang
innocentnya yang membuatku mendengus kesal “Ya! Senang? Kau bilang SE NANG?
Mana mungkin aku senang dengan namja yang memelukku padahal baru kukenal belum
sampai 24 jam! Ini ucapan terimakasih, aku juga merasa bersalah karena aku kau
seperti ini” aku hampir saja berteriak ditelinganya jika tidak ingat jalan
cukup ramai “kau kan fangirlku… bahkan membeli kursi VVIP untuk menonton
konserku… kalau bukan? Lalu apa?” dia memonyongkan bibirnya kesal “YA!!!!!” aku
sudah tidak tahan. Mana bisa aku fans dengan orang macam dia! Yah… walau dia
baik, ganteng, penuh talenta, dan badannya tadi lumayan menghangatkanku. Tapi
tetap saja! Aku bukan fangirlnya!
“IM
NOT YOUR FANGIRL! NAMDONGSAENG!” bentakku dan menghentikan motorku dengan kasar,
sehingga membuatnya kembali bertumbukan denganku “TURUN!” bentakku
Dia
mengerjapkan matanya “kau tega sekali Nunna. Menurunkanku ditengah jalan” dia
masih bergeming terpatung tidak ingin turun “tega bagaimana? Kita sudah sampai”
aku mendengus berbalik 900 untuk menatapnya di ekor mataku “ah?
Jinjaya?” dia menatap ke sekitar lalu akhirnya turun “ah… ne.. gomawo nunna”
katanya sambil tersenyum kik kuk. Aku hanya tersenyum kecut “sudahlah, aku
pulang dulu. Soal mobilnya, kau hanya terima beres saja” kataku dan melajukan
motorku.
Kai
menatapku sampai menghilang dari pandangannya.
Malam
ini sangat melelahkan…
KIM JONG IN POV
“aku datang” kataku sambil melepas sepatuku dan berjalan
masuk menuju ruang nonton “Ya!!! KKAMJONGG!!” Baekhyun berlari kearahku dan
bersembunyi di belakangku “wae?” tanyaku bingung “CHANYEOL!!” dia berteriak
tepat dekat telingaku dan menunjuk Chanyeol yang kini berdiri di depanku
“Kkamjong! Tidak usah ikut campur! Minggir!” Chanyeol mendorongku dan menangkap
Baekhyun. Baekhyun berteriak “Hyuung!!!!! Bantu akuuu!!!” teriak Baekhyun pada
Suho yang baru saja membuka pintu kamar.
Dia kaget melihat keributan yang terjadi. Akhirnya
memutuskan untuk kembali masuk dalam kamar. Aku masih terdiam, Chanyeol dan
Baekhyun sering berebut sesuatu dan berkelahi dengan sesuatu yang sepele.
“Kai…” panggil Kyungsoo setengah berbisik. Dia memakai
selimut dan menutupi badannya hingga leher “palli! Kesini! Jangan diam saja
disitu! Kau ingin mereka malah mengerjaimu” kata Kyungsoo. Akhirnya aku berlari
cepat menuju kamar dan meninggalkan BaekYeol couple ini bertengkar.
Mereka
memang selalu seperti itu, bertengkar setiap malam. Entah karena lampu, AC,
eyeliner, bahkan topi. Mereka sekamar tapi Chanyeol lebih sering kalah oleh
Baekhyun dan akhirnya numpang dikamarku dan Kyungsoo. Tapi untunglah Kyungsoo
berbaik hati meminjamkan sedikit tempat tidurnya untuk dipakai oleh Chanyeol.
Tapi
untuk hari ini. Kyungsoo sedang tidak ingin berbaik hati. Makanya cepat-cepat
dia mengunci pintu dan mematikan lampu seakan kami berdua sudah tertidur. Dia
duduk diatas tempat tidurnya tanpa sedikitpun mengalihkan matanya kepadaku “kau
utang penjelasan” katanya “Mwo?” aku kaget, bingung dengan pertanyaannya “Kau
menatapnya, memilihnya, dance bersamanya.. Lalu kalian tukaran nomer telefon,
pergi bersama dirumah sahabat terdekatmu… dan tiba selarut ini. Siapa yeoja
itu?” Tanya Kyungsoo benar-benar ingin tahu “dia yeoppo… dia jagu dance… dan
dia adalah sahabat Taemin” jawabku singkat. Dia mengangguk mengerti “kau
menyukainya?” Tanya Kyungsoo. Aku terdiam sejenak. Aku tidak bisa menjawabnya.
“Love
at the first sight?” tanyanya lagi. Aku masih diam “aku tidak tahu rasa apa
ini.. belum cukup 24 jam. Tapi dia sudah bisa mengisi fikiranku hyung” kataku.
Kyungsoo terdiam “kau harus memperjuangkannya” Kyungsoo menepuk bahuku. Aku
terdiam… lagi.
Malam ini benar-benar aku tidak bisa tidur. Teringat saat
dijalan tadi. Selama perjalanan aku memeluknya…. Dan… baru kali ini ada yeoja
yang dapat membuatku jatuh cinta secepat ini… tidak cukup dari 24 jam.
…
Bulan Kemudian-
~JIYEON POV
Ada
yang aneh dari namja ini. Tiap hari dia mengirimkanku pesan, selalu
mengingatkanku aktifitas yang sudah menjadi rutinitasku. Makan siang, makan
malam… ada apa dengannya?
Tapi,
walaupun seperti itu aku senang ada juga orang yang memperhatikanku. Selain
hidup dalam rasa benci, akhirnya ada orang yg membuatku dapat tersenyum saat
dia mengirimkan fotonya yang sedang menunggu di backstage.
Lama
kelamaan aku merasa senang dia mengirimkanku pesan tiap hari. Walau kadang
kubalas dengan balasan “Ne^^” atau “deo nado^^” …
Apakah
pintuku… sudah terbuka untuknya?
Saat
ini aku sedang latihan diruang dance pribadiku. Seperti biasa, jika stress atau
sedang dalam keadaan hati tidak baik, aku akan disini dan menumpahkan semua
tenagaku untuk dance.
Eunjung
menelfonku. Aku masih tidak menggubrisnya. Sampai 7 kali dia menelfonku.
Akhirnya aku menyerah dan mengangkat telefonnya
“MWO?”
“galaknyaaa..”
“aku sedang latihan Eunjung! Wae?”
“aku sedang latihan Eunjung! Wae?”
“Saat
ini aku sedang berada dirumahmu”
“masuk
saja”
“dengan
seorang tamu”
“nugu?”
“kau
dimana sekarang?”
“di
ruang meditasiku. YA! NUGUU??”
“ra-ha-sia!”
Eunjung
menutup telefonnya. Aku mendengus kesal. Eunjung memang selalu seperti itu.
Jadi akhirnya kuputuskan untuk meminum sebotol air dan melanjutkan danceku.
-KLEK-
Pintu
terbuka. Aku masih melanjutkan danceku. Masih menconba melupakan semua yang ada
dibenakku tentang orang itu… ONEW
Bukan aku karena aku masih mencintainya. Tapi karena dia lah aku seperti ini. Melampiaskan semuanya, tapi jelas saja mimpi itu
menghampiriku “Annyeong” kata Eunjung, aku menjatuhkan diri, mengatur nafas
yang tersengal. Benar, ini adalah kegelapanku dan… satu-satunya jalan untuk aku
pergi dari kegelapan itu adalah mengikhlaskan semuanya. SEMUANYA!
Kai berdiri didepanku menawarkanku handuk dan sebotol
mineral. Aku mengambilnya walau kaget dengan keberadaan Kai disini. Aku menatap
sinis Eunjung “kenapa dia bisa disini?” bisikku dengan gerakan bibir “molla”
jawabnya sambil mengedikkan bahu.
“Aku hanya ingin membawakanmu ini… Dari Onew” kata
Eunjung lalu menaruh bungkusan kado lumayan besar, aku hanya menatapnya kosong
sudah bete duluan mendengar kata ‘Onew’. Eunjung beranjak dan melambaikan
tangan padaku juga Kai dan menghilang dari balik pintu.
Aku menghembuskan nafas berat lalu tersadar akan
keberadaan Kai yang tak diundang “Nunna…” panggil Kai, Jiyeon mendongak
menunggu lanjutan perkataan Kai yang menggantung “bisakah… aku mengenalmu lebih
dekat?” tanyanya…
Aku tergagap, benar-benar tidak menyangka dengan apa yang
baru saja dikatakan oleh namja sinting didepanku ini. MWO? Apa dia dia sedang
meminta restuku untuk melakukan pendekatan padaku? “bilang saja iya… atau
tidak” katanya. Aku masih terdiam “Nunna….” panggilnya “aku tahu kenangan masa
lalumu… masih susah kau lupakan. Aku tahu, kita baru kenal…” katanya lagi, kini
dia duduk disebelahku, sambil menggenggam kedua tanganku “geundae…” dia
menunduk lalu menggigit bibirnya “Nan… neol johahae (aku suka kamu)” katanya
“bisakah kau membukakan hatimu untukku?” tanyanya “bagaimana dengan boybandmu?
Apa kau tidak dimarahi memiliki yeoja chingu?” tanyaku “aniyeo… selama kita
tidak ketahuan oleh sasaeng” dia tersenyum menenangkan “bagaimana dengan
‘kalau-ketahuan-sasaeng’?” tanyaku “dan aku akan menggigit mereka! Mencabik
mereka! Yang mengganggumu, yang membuatmu menangis, yang membuatmu sedih, yang
mencelakaimu” senyum Kai semakin lebar “karena aku WOLF… dan aku bisa
menggeram”
Senyumnya,
memabukkanku. Merasuki setiap pori-pori kulitku membuatku terkelitik. Dia…
apakah dia pangeran berkuda putih itu?
“lalu…
bagaimana dengan ‘kalau-orang-yang-membuatku-sedih-dan-menangis-adalah-orang-yang-saat-ini-menggenggam-tanganku’
?” tanyaku dengan mata membulat “kalau itu terjadi…kau bisa membunuhku tepat
disini” dia menggenggam tangan kiriku, menuntunnya dibagian kiri dadanya, tepat
dijantungnya “kau adalah setiap aliran darahku, dan setiap hembusan nafasku
saat ini Jiyeo-ah… Aku bukan namja pabo yang rela menyakiti dia… orang yang
mengisi hatiku saat ini” katanya. Aku menunduk dan tersenyum malu-malu
“Tidak
perlu terburu-buru… aku bisa menunggumu sampai kau benar-benar mencintaiku” Kai
mengelus pelan rambutku, aku masih tertunduk “bagaimana dengan… kencan pertama!
Dimulai untuk hari ini?” tawarku “hari ini aku akan konser di Jeju” katanya
“kau bisa ikut kalau kau mau” dia tersenyum antusias dengan tawarannya sendiri
“kapan kau kembali?” tanyaku “besok…tapi, besok aku akan terbang ke China..”
dia menunduk sedih “tapi kau juga bisa ikut” dia kembali menegakkan badannya
“ck.. kenapa kau sibuk sekali?” dengusku
Dia
tertawa terbahak melihat bibirku yang mengkerucut “yasuhda! KAJJA! Ayo kita
memulai kencan” dia menggenggam tanganku dan membantuku berdiri “tadi katanya
mau ke….” Belum sempat selesai berbicara, dia menahan tawa membuatku sadar
bahwa dia berbohong “Rrrr.. CHODIIINGG” aku memukul lengannya dan berjalan
keluar menuju kamar untuk berganti baju. Meninggalkan Kai yang masih terkekeh
di depan ruang latihan.
“Kajja”
aku melingkarkan tanganku pada lengannya dan berjalan riang menuju garasi
“MWOOO??? NAIK MOTOR LAGIII???” Kai histeris melihat aku menaiki motor dan
memberikannya helm “Kencan pertamaa…” aku tersenyum riang membuatnya akhirnya
pasrah dan memeluk pinggangku “Ya! Jangan mencari kesempatan!” bentakku “biar
kita impaaas” dia tersenyum dan malah mempererat pelukannya, dagunya bersandar
padah bahuku. AIGOOO.. ADA APA DENGAN JANTUNGKUUUU….
…
Ne, Cinta kami tidak
sesempurna Romeo Juliette… Cinta kami lebih sederhana dari itu, tapi juga
serumit labirin. Berawal dari kencan pertama yang gagal, dan berakhir dengan
penyamaran-penyamaran kita selanjutnya saat kencan. Menjadi namja chingu
seorang artis SM tidaklah mudah, harus bisa melihat namja chingu digosipkan
sana-sini. Tapi, Kai selalu mengatakan ini padaku.
“I love you… Just
you…”