Sabtu, 28 Desember 2013

IM NOT YOUR FANGIRL, NAMDONGSAENG!!! (Part 2 -end)








Dia kembali bersama kenangan, melayang-layang diatas kepalaku...
Mencoba menawarkan, mencoba mengembalikan...
Kembali menjadi malaikatnya...

...

DONT BE A SILENT READER JUSEYO!!!
PLEASE SUPPORT ME WITH YOUR COMMENT BELLOW <3
GOMAWO CHINGU^^


PEMERAN :
PARK JIYEON (T-ARA)
KIM JONG IN (EXO-K)
EUNJUNG (T-ARA)
ONEW (SHINEE)
TAEMIN (SHINEE)
KEY (SHINEE)
ALL MEMBER EXO-K
NAEUN (A-PINK)
Review :


“ne? mwo kamjong?”

“kau dimana?”
“di jalan”
“mwo? Aku kan bilang tunggu dulu! Jiyeon ada disini!”
“jiyeon? Park jiyeon? Ah jinja?”
“palli! Cepat kesini!”
“aish… aku sudah hampir sampai. Kau saja kerumahku dengan Jiyeon. Aku malas putar arah”
“EO? Kau ingin mengerjaiku?”


“palli kamjonng…!!”

“aiish… Ne..Ne..” 
 

Kai mematikan handphonenya “kita kerumah Taemin. Apakah tidak apa-apa?” Tanya Kai padaku, “justru aku yang bertanya padamu. Kau tidak ada jadwal apapun?” Tanyaku “animnida. Kajja!” Kai menarik tanganku. Aku mengekorinya dan kini kami berdua menuju rumah Taemin.

“tidak apa-apa kita pergi berdua seperti ini? Apakah fans mu tidak marah?”
            “aniyeo… Mereka sepertinya tidak mengenaliku tadi”

“ah jeongmal?”

“ne… kau sendiri? Apa tidak apa-apa berdua dengan namja?”

“ne?”

“apa tidak apa-apa berdua dengan namja seperti ini? Namja chingumu tidak marah?”

“ani…ani…”

“wuah… namja chingumu pengertian sekali”

“aniyeoo… aku… aku tidak sedang berpacaran”

“jinja?”

“ne”

“wae?”

“fokuslah menyetir!”

“um..ne”

Percakapan itu berhenti sampai disitu. Setelahnya, ada diam yang tercipta. Aku tidak bisa melakukan apapun setelahnya. Karena percakapan itu membuat jantungku hampir jatuh. Kai, untuk apa dia menanyakan soal namja chingu segala? Dia pasti sudah tertawa mengejekku. Yeoja 20 tahun, tidak punya pacar? Aish…

Sesampainya didorm Taemin, aku dan Kai berjalan berdampingan “kau bilang dirumah Taemin?” tanyaku “apa ini tidak terlihat rumah?” Tanya Kai sambil menekan pintu lift dan segera masuk “okeh ralat, apartemen… apa ini tidak terlihat seperti tempat tinggal?” Tanya Kai lagi “bukan itu maksudku… Ini bukan rumah Taemin, rumah Taemin tidak seperti ini” aku menggeleng cepat “dia sedang tidak dirumah” kata Kai “ah? LALU!?!?!” aku berteriak histeris, suaraku menggema di lift yang membuat Kai menutup telingnya “ini dorm SHINEE nunna… Taemin tinggal disini sekarang” kata Kai, aku akhirnya menghembuskan nafas lega dan tersenyum kearahnya

 “yeobosseyo?” Kai menelfon Taemin

“mwo?”

“aku sudah sampai.”

“tunggu sebentar. Aku sedang di kamar mandi. Aku akan menyuruh Key membuka pintunya”

“palli!”

“ne!”

-TUT- telefon ditutup

            Kai menekan bel pintu dorm SHINEE, beberapa menit kemudian seseorang membuka pintu. Aku terkaget-kaget melihat siapa yang membuka pintu. KEY! JINJA KEY? Aigoo…

            “KEEYYY!!” pekikku, aku yang tadi berada dibelakang Kai kini berlari memeluknya “Jiyeon?” dia kaget dan membalas pelukanku “orimaniyoo” katanya “kajja… kita masuk dan menunggu Taemin selesai mandi.” Katanya dan mengajakku masuk. Kai yang bengong akhirnya kutarik masuk juga.

            Kai duduk disofa “Naeun?” Kai baru menyadari keberadaan Naeun disebelahnya, Naeun hanya tertawa pelan “annyeong oppa” dia membungkukkan badannya “kau? Sedang ingin berkencan dengan Taemin?” Tanya Kai “ani… aku hanya sedang mengunjunginya. Tapi kata Key dia sedang mandi, jadi aku menunggunya” kata Naeun dan akhirnya Kai mengangguk.

            Aku sedang sibuk ngobrol dengan Key yang sifatnya sama sekali tidak berubah dari 2 tahun yang lalu.

            Oke, aku berbohong tidak pernah mengikuti training. Aku sempat mengikuti training bersama dengan Key, dan sahabatnya Onew.

            Kami sangat dekat bertiga, bersahabat bisa dibilang seperti itu. Sampai akhirnya aku dan Onew saling jatuh cinta dan berpacaran. Selama training yang mengetahui hubunganku dengan Onew hanya Key. Tapi seperti ada celah, ada seseorang yang membocorkannya. Yang jelas bukan Key, mungkin orang yang pernah menguping perbincanganku dengan Onew. Dan akhirnya salah satu dari kami harus berhenti untuk training.

            Onew tidak ingin berhenti, dia bilang jika aku mencintainya aku harus rela melepaskan training di SM untuknya. Pengorbanan cinta terakhir untuknya. Aku mengiyakan, karena bagaimanapun dulu aku sangat mencintainya. Akhirnya aku memilih untuk keluar dari training. Padahal bisa dibilang aku adalah trainer yang giat berlatih lebih dari siapapun. Jika Kai menganggapku hebat dalam dance, itu karena latihan dance bertahun-tahun dengan istirahat seminimnya dan latihan sepenuhnya. Bahkan sudah beberapa kali lengan dan kakiku retak karena latihan.

            Key adalah yang paling mengenalku. Dia adalah sahabat dari Onew sekaligus teman yang baik untukku. Dia juga orangnya sangat lucu. Key lah yang membuatku semangat kembali setelah trainingku gagal. Mungkin itu salah satu alasan kenapa aku membenci boyband dan girlband. Karena itu adalah mimpiku yang harus terhenti disaat aku baru saja memulai mimpiku itu.

            “apakabarmu sekarang?” Tanya Key “baik-baik. Ya! Aku bahkan tidak mengenalimu diatas panggung. Kenapa kau merubah penampilanmu dari namja polos menjadi ganster seperti ini?” aku memukul pelan lengan Key “aku memang masih polos yeon!” Key melakukan aegyeo nya yang membuatku tertawa terbahak-bahak “yeon…” panggil Key, aku menatapnya dengan tatapan bertanya “Onew ada dikamarnya” kata Key setengah berbisik, aku menunduk pelan “bisakah kita melewatkan pembahasan ini? Aku sudah tidak ingin mendengar namanya” aku merasakan redup mataku, aku merasakan betul hancurnya hatiku saat ini.

            Aku lupa menceritakan hal ini… saat aku mengundurkan diri menjadi trainer, Onew menemuiku di café dimana kami sering bertemu saat masih pacaran “yeo~on” panggil Onew “aku senang kau keluar menjadi trainer” katanya sambil tersenyum padaku, aku terbelalak masih tidak mengerti apa yang difikirkannya “kau… tidak sadarkah kau… kau adalah ancaman nyata untukku” kata Onew menatapku tepat dimanik mataku “a…apa maksudmu?” tanganku mulai bergetar “tekadmu yang mengerikan menakutkanku… Aku tidak suka dikalahkan, bahkan jika itu dari orang yang kusayang sekalipun. Aku tidak akan mundur…” katanya “dari awal aku berpacaran denganmu dengan menginginkan akhiran seperti ini yeo~on” dia menopang dagunya “apa yang kurang darimu? Itu adalah ancaman terbesarku… bahkan kau tanpa make up pun sudah dapat menghipnotis siapapun yang melihatmu” Onew tersenyum, walau kutahu senyumnya bukan senyum yang dulu kukenal. Dia adalah orang lain yang berasal dari kegelapan. Dia adalah sosok tanpa cinta dan berkabut mengerikan.

            Saat itu yang kulakukan hanya menatapnya tanpa mengatakan sepatah katapun. Saat dia pergipun dan membayar minuman yang sama sekali tidak pernah kusentuh pun aku masih bergeming dan mematung. Jika aku benar-benar bisa, aku menjadi patung saat itu juga.

            Taemin selesai mengganti bajunya dan menggusur Kai sehingga dia duduk disebelahku. Key akhirnya berjalan menuju kamar. Tinggal kami berempat “yeon” Taemin menyapaku dan memelukku sesaat “kau makin cantik rupanya” dia tersenyum padaku aku hanya balik tersenyum. Redup mataku masih seperti tadi “wae? Gwenchana?” Taemin menatapku khawatir “ani…” aku menggeleng cepat dan mencoba memperbaiki mood ku… atau setidaknya menyembunyikan mood ku “aku tadi berbincang-bincang dengan Key…” kataku yang membuatnya akhirnya mengerti.

            Diantara teman-temanku. Yang tahu antara aku dan Onew adalah member SHINEE dan Eunjung. Aku ingin menutupi semuanya, seakan semuanya baik-baik saja dari awal. Onew adalah masa lalu dan mimpi burukku. Aku tidak bisa menghentikannya apalagi membuatnya berakhir sampai disini. Mimpi itu begitu nyata dan menyayat hatiku setiap aku mengingatnya.

            “itu sudah 2 tahun yang lalu yeon… sampai kapan kau mengingatnya?” tanyanya, aku hanya tersenyum simpul “sampai otakku keluar dari kepalaku.” Kataku asal.

            Kai menyaksikannya, masih dengan tampang bingungnya. Tapi aku tidak peduli, dia mungkin hanya sebagian dari teman yang masih belum bisa kupercaya. Setidaknya dia baik, tapi aku tidak mau terlampau terlalu jauh untuk itu. Dia adalah boyband sama seperti Onew, dan bernaung di agency yang sama

            “Nunna… kau mau minum apa?” Kai menawarkanku “air putih saja cukup” kataku. Dia mengangguk dan berjalan menuju dapur “oke, Milk shake. Aku akan membuatkanmu itu” katanya dan berjalan menuju dapur dan membuatku terbengong “dia menang selalu seperti itu.” Taemin tersenyum kik kuk. Aku hanya mengangguk pelan.

            “yeon.. ini Naeun. Yeoja Chinguku” kata Taemin sambil tersenyum malu-malu “Naeun?” aku menjabat tangannya dan tersenyum kearahnya “dia adalah sahabatku saat sebelum training. Dia orangnya baik… tapi sedikit galak. Makanya tidak ada namja yang berani mendekatinya” Taemin menatapku dan tertawa pelan. Aku hanya mengumpat dalam hati “Taemin!!!!” teriakku dan menimpukinya bantal. Naeun hanya tertawa “kalian ada acara WGM kan?” tanyaku, mereka berdua mengangguk “chukkae” kataku.

            Key keluar dari kamar, bersama dengan Onew. Namja yang tidak ingin kulihat sampai kapanpun. Onew berjalan mendekatiku aku menatapnya dingin “orimaniyeo yeo~on” katanya dan duduk disebelahku. Aku hanya menatapnya dan menggeser dudukku menjauh “kau masih marah padaku?” tanyanya, aku masih bergeming “mianhae yeo~on… aku menyesali perbuatanku” katany dan menunduk pelan “aku memikirkan perkataanku di café waktu itu sampai saat ini. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu… aku begitu bodoh telah membuatmu tersakiti wakut itu. Mianhae” dia kini memelukku. Aku masih tidak bereaksi membiarkannya mengatakan semaunya, tapi aku tidak akan pernah mendengarkan apa yang dia katakan lagi “yeo~on… saranghae.. Jinja saranghae… aku bisa saja keluar dari boyband ini, aku bisa saja keluar dari agency ini asalkan kau mau memaafkan aku dan kembali lagi padaku… aku sangat menyesal” katanya dan mempererat pelukannya. Kai berjalan mendekati kamu berdua.

            Kai hanya menatap kosong pemandangannya didepan. Aku yang muka pucat pasih dan Onew dengan mata memerah menahan tangis “saranghae” katanya, aku berdiri dan meronta melepas pelukannya dengan sekali hentakan. Aku menatapnya dengan tatapan marah dan menamparnya sekuat tenaga “MWORAGO?!?!” aku histeris. Taemin dan Naeun kaget bahkan Naeun bersembunyi dibalik punggung Taemin. Key seperti biasa hanya duduk dikursi sambil menatap kami bergantian. Dan Kai, aku tak bisa melihat ekspresinya karena dia berada tepat dibelakangku “KENAPA KAU SELALU NGOMONG SEENAKMU!!!” bentakku “DULU KAU YANG BILANG SENDIRI KAN PADAKU! AKU ADALAH ANCAMANMU! AKU ADALAH MUSUHMU! TAPI APA? KAU MENGATAKANNYA LAGI? KAU INGIN MENGULANGNYA? KAU INGIN MERELAKANNYA? YA!! DEO MINCHEOSSO!!” kini air mataku benar-benar mengalir.

            “mungkin dulu aku adalah yeoja pabo yang dibutakan oleh cinta. Yang merelakan training berhargaku hanya untuk namja sepertimu. Tapi sekarang… aku menikmati hidupku yang seperti ini. Tanpa Onew!” aku menatap tepat dimanik mata Onew “kau dulu adalah matahariku di pagi hari, bulanku dimalam hari. Maka dari itu aku merelakan semuanya hanya untuk kebahagiaanmu. Dan menelan semua kepahitanku untuk dirimu. Dulu kau adalah orang yang satu-satunya mengisi setiap senti hatiku! Tapi sekarang, itu terlihat bodoh untukku….” Aku mengibaskan rambut dan kembali menatap Onew yang kini menunduk “DEO!” aku menunjuk Onew tepat didepan matanya “sampai kapanpun jangan pernah melakukan hal seperti itu… Karena kalau kau melakukannya!!!” aku berjalan selangkah, mengepalkan tanganku “mati kau!!” kataku dan berbalik mencari Kai dan menariknya keluar “Taemin, Key… aku pamit. Nanti kita bertemu lagi, tapi kuharap tanpa orang itu” aku menatap mereka bergantian dan melanjutkan jalanku.

            Saat keluar dari pintu dorm, aku terjatuh dan menumpuhkan badanku di kedua tanganku. Aku menunduk sedalam-dalamnya, mencoba menetralkan semuanya. Mencoba melupakan semuanya. Mencoba menghilangkan semuanya.

            Potongan-potongan masa lalu yang indah kini terekam jelas diotakku. Saat Onew mengantarku ke rumah sakit karena pergelangan kaki kananku retak, saat aku latihan semalaman dan dia menemaniku sampai tertidur, saat kami berjalan layaknya seorang yang berpacaran normal, Saat ciuman pertamaku yang canggung di bioskop. Tapi saat itu juga… disaat yang bersaman rekaman menyesakkan itu juga ikut terekam. Saat di cafe, saat dia tersenyum padaku bukan dengan senyuman terbaiknya, saat dia menghiraukanku di tempat training, saat air mata pertamaku karena cinta… itu sudah cukup kembali membuatku terhuyung dan kembali menangis. Kai kebingungan “Nunna, jangan menangis” dia menenangkanku, dia bingun dengan apa yang terjadi. Akhirnya aku berhenti menangis dan mencoba memperbaiki moodku.

            “Nunna? Sudah selesai?” dia menatapku, aku mengangguk pelan. Dia membantuku berdiri dan memegang kedua pundakku. Aku yang masih terhuyung akhirnya menerima saja dibimbing berjalan seperti ahjumma tua “sebenarnya apa yang terjadi? Dari tadi aku terlihat seperti orang bodoh” katanya sambil menggaruk tengkuknya “amugotdo…” kataku dan berbalik menatapnya lalu tersenyum menenangkannya.


-KIM JONG IN POV-
            Jinja, senyumannya adalah senyuman terindah yang pernah kulihat. Aku terpaku sepersekian detik. Fangirl ini, kenapa aku merasakan hal aneh jika bersamanya? Tidak cukup 24 jam aku melihatnya. Tapi dia selalu membuatku hampir kehilangan kesadaran. Senyumnya, dan dance menakjubkannya, lalu tangisnya… Di bangku penontonpun dialah satu-satunya yeoja yang dapat menyedot perhatianku. Wae ire? Love at the first sight? Apa rasanya seperti ini?

            “Kajja, kita pulang. Rumahmu dimana?” Tanyaku sambil membukakannya pintu mobil “gangnam street” katanya, aku terbelalak “kau tinggal di daerah sana?” tanyaku “ne. Wae? Aku tidak terlihat seperti orang yang tinggal didaerah gangnam? Eo?” tanyanya lalu duduk dan menaruh tangannya diatas paha dan menautkannya bersama. Aku lalu berjalan masuk menuju mobil dipintu sebelahnya dan menutupnya kembali.

            Jiyeon, dia tidak terlihat yeoja yang tinggal didaerah gangnam. Penampilannya tidak begitu mencolok. Tidak ada barang bermerek yang tertempel dibadannya. Kecuali handphone dan tasnya. Bajunya tampak biasa saja “kenapa melihatiku seperti itu? Eo?” Jiyeon menyadari aku menatapnya, aku segera berbalik dan menyalakan mesin mobil lalu melajukan mobilku di jalan raya Seoul.

            Sudah gelap. Mengingat Jiyeon yang menangis dan terlihat seperti orang mati tadi hampir berjam-jam lamanya. Aku tidak ingin mengganggunya, dia terlihat sangat sedih, walau aku tidak tahu apa yang terjadi selain pernyataan cinta, bentakan dan tolakan telak.

            Onew, dan Jiyeon. Apa yang terjadi pada mereka sebenarnya?

        “Onew adalah mantan pacarku” kata Jiyeon tanpa berbalik menatapku, aku bingung. Apa dia semacam indigo yang bisa membaca fikiranku “aku sudah tidak tahan dengan cara menyetirmu yang seperti orang mabuk itu. Pasti kau sangat penasaran kan? Kalau kau ingin tahu, kau bisa tanyakan kepada Taemin atau Key” kata Jiyeon masih tanpa berbalik menatapku. Kini dia menatap keluar jendela,bukan jalanan dan lampu-lampu kota yang menarik perhatiannya. Tapi suatu fikiran yang entah apa itu.

            Aku tidak ingin menanyaka lebih dalam lagi. Seperti “terus kenapa kau dan dia saling menangis tadi?” dan “apakah dia masih tidak bisa melepasmu?” juga “apa yang membuatmu sampai semarah itu?” tapi itu tidak kulakukan. Mungkin kalau aku melakukannya bisa saja beberapa menit kemudian orang disebelahku akan berubah menjadi monster.

            Aish… ada apa fikiranmu Kim Jong In? ini akibat efek bermain game seharian kemarin. Fikiranku jadi tidak jauh-jauh dari monster.



-JIYEON POV-
            Aku lupa akan Taemin yang menjadi personil Shinee itu juga salah satu membernya adalah Onew.

            Aku tidak ingin melihatnya lagi, aku tidak ingin melihatnya….

            Hari-hariku dan menit-menitku sudah cukup waktu itu hidup dalam keterpurukan. Sekarang, disaat aku sudah bisa kembali menikmati hidup, dia kembali menawarkan cinta ? Pabo! Dia benar-benar namja pabo!

            Cinta memang bisa membutakan, bisa mengikhlaskan. Tapi dendam, adalah hal mutlak, dan Cinta akan terhapuskan oleh itu.



Kami sampai, Kai mengantarku sampai depan pagar rumah. Dia tampak kaget mungkin dengan rumahku yang lebih besar dari yang dia bayangkan “kau tinggal bersama siapa Nunna?” Tanya Kai “sendiri” jawabku singkat “Mwo? Orang tuamu dimana?” Tanya Kai “dia menetap di Canada bersama adikku disana.” Jawabku lagi “lalu? Kenapa adikmu tidak ikut bersamamu saja?” Tanya Kai lagi “dia menjadi model disana” jawabku kini tanpa ekspresi “ow… Arra! Arra!” dia mengangguk mengerti “nunna, kalo begitu aku pulang. Dah” dia melambaikan tanganya lalu berjalan menuju mobilnya sambil mengucek-ngucek matanya. Dia mungkin capek hari ini, setelah manggung harusnya dia beristirahat tapi malah mengurusiku, orang yang baru saja dikenalnya.
Aku masuk kedalam rumah. “Aaaa” aku bersuara, menggemakan suaraku. Hidupku adalah seperti ini. Sepi…
Semenjak keluar dari trainer, aku akhirnya membuka restoran dan tempat aksesoris di salah satu Mall Seoul. Restorannya lumayan ramai karena dekorasi colorfull dan menu yang beragam.
Mulai dari pancake, pasta, lalu masih banyak lagi.
Tapi dimalam hari, kembali aku merasakan sepi.. Umma, Appa… bogoooo…
“TING-TONG”
Bel berbunyi. Aku membuka pintu dan mendapati Kai berdiri tepat di depanku “Nunna… mobilku mogok diujung jalan sana” katanya dan menunjuk ujung jalan, aku menengok keluar dan benar saja, mobil Kai ada disitu “ottokhae?” katanya frustasi “mobilmu memang ada apa?” tanyaku “molla” dia mengedikkan bahu. Aku akhirnya berjalan masuk dan mengambil jaket lalu berjalan mengikuti Kai, dia membalikkan topinya dan berjalan santai dengan tangan yang berada dikantung  celananya.
Sesampainya aku membuka kap mobil dan memeriksa mesinnya. Aku cukup bisa memperbaiki mesin mobil, aku memeriksanya tapi masih tidak bisa menemukan apa yang ganjil “Ya! Tidak ada masalah apa-apa pada mobilmu!” aku berjalan menghadap menatapnya dengan tatapan bertanya “Jinja?” dia memeriksa mesinnya tapi terliha kebingungan “apa bensinnya yang habis yah?” aku berjalan menuju samping ujung mobil dan memeriksa tangkinya. Dan benar saja, isinya kosong “bensinmu habis Kaiiiii” aku nyaris histeris. Kai ini benar-benar.
Dia menggaruk-garuk tengkuknya kini bingung harus melakukan apa. Aku menghembuskan nafas berat “mobilku juga sedang berada dibengkel. Kendaraanku yang tersisa hanya motor” kataku lalu berjalan kembali kerumah “jadi?” dia menatapku frustasi “jadi aku akan mengantarmu naik motor.” Kataku seraya berbalik menatapnya, dia terbelalak “tenang… aku yang menyetir” aku mengedipkan sebelah mataku dan kembali meneruskan jalan “aku akan menelfon bengkel langgananku untuk menderek mobilmu sampai pom bensin lalu besok diantarkan didorm mu” kataku, Kai hanya mengangguk pelan.
Aku menyalakan motorku dan memakai helm bermotif pink putih, aku memberikan helm hitam putih bermotif kulit sapi kepada Kai, Kai menerimanya dan memakainya, terihat lucu di kepalanya. Bukan seperti helm pembalap tapi helm khas yeoja yang biasa dipakai di drama-drama.
Kai menutup kacanya sehingga wajahnya sedikit tidak terlihat. Dia duduk dibelakangku terlihat malas-malasan naik diatas motor. Awalnya dia menaruh tangannya didalam saku celananya seperti biasa, tapi karena takut akhirnya dia memegang pinggangku “Nunna… apa tidak terlihat memalukan? Seorang namja dibonceng oleh yeoja?” Tanya Kai “anggap saja aku adalah supirmu” kataku, dia akhirnya mengangguk saja tanpa menjawab apapun.
Beberapa menit tak ada perbincangan akhirnya aku menegurnya “Kai…” panggilku, dia masih terdiam. Aku kebingungan, apakah dia marah padaku karena memboncengnya? Atau karena membuatnya lelah? Kalau bukan karenaku juga dia bisa kembali ke rumah dengan mobil yang tidak kehabisan bensin.
Aku memperbaiki posisi kaca spionku dan melihat Kai lewat kaca spion, ternyata dia tertidur dengan keadaan badan tegak. Aku hanya tersenyum simpul lalu melajukan kembali motorku.
Lampu merah. Aku berhenti. Kai yang tertidur malah menabrak badanku. Tangannya tak lagi memegang pinggangku,tapi malah melingkarinya. Kepalanya bersandar dipundak kananku. Aku terkaget. Terlebih karena hangat badannya sangat terasa di punggungku. Rambutnya terasa di pipiku.
Lampu hijau. Aku kembali melajukan motorku. Kalau dalam keadaan normal bisa saja aku menendangnya dan kembali kerumah meninggalkannya di jalan. Tapi bagaimanapun hari ini aku sudah merepotkannya banyak. Jika fansnya tahu aku membuat namja ini sangat kelelahan, aku bisa saja mati digantung.
Dia mempererat pelukannya. Membuat nafasku tertahan. Ige mwoya? Apa dia menganggapku sebagai guling?
Sebelum tertidur, dia memberikanku alamat dormnya. Beberapa meter lagi kami sudah sampai. Aku membangunkan Kai “hey…” kataku, dia masih bergeming “kai…” panggilku lagi. Dia masih bergeming “jong in” aku menyentuh pipinya mencoba membangunkannya. Dia terbangun. Membuka mata dan mencoba mencerna apa yang terjadi “dimana ini?” katanya “kau benar-benar tidak ingat? Kau ini amnesia?” aku menggeleng tidak percaya.
Dia menatapku, benar-benar kaget bahwa dia memelukku dan bersandar dibahuku. Dia kaget dan mundur membentang jarak antara kami “bagaimana bisa aku….” Dia gugup “entahlah…” aku mengedikkan bahu malas menanggapi terlalu banyak “pasti kau senang yah aku memelukmu? Apa kau merancanakan ini?” tanyanya dengan tampang innocentnya yang membuatku mendengus kesal “Ya! Senang? Kau bilang SE NANG? Mana mungkin aku senang dengan namja yang memelukku padahal baru kukenal belum sampai 24 jam! Ini ucapan terimakasih, aku juga merasa bersalah karena aku kau seperti ini” aku hampir saja berteriak ditelinganya jika tidak ingat jalan cukup ramai “kau kan fangirlku… bahkan membeli kursi VVIP untuk menonton konserku… kalau bukan? Lalu apa?” dia memonyongkan bibirnya kesal “YA!!!!!” aku sudah tidak tahan. Mana bisa aku fans dengan orang macam dia! Yah… walau dia baik, ganteng, penuh talenta, dan badannya tadi lumayan menghangatkanku. Tapi tetap saja! Aku bukan fangirlnya!
“IM NOT YOUR FANGIRL! NAMDONGSAENG!” bentakku dan menghentikan motorku dengan kasar, sehingga membuatnya kembali bertumbukan denganku “TURUN!” bentakku
Dia mengerjapkan matanya “kau tega sekali Nunna. Menurunkanku ditengah jalan” dia masih bergeming terpatung tidak ingin turun “tega bagaimana? Kita sudah sampai” aku mendengus berbalik 900 untuk menatapnya di ekor mataku “ah? Jinjaya?” dia menatap ke sekitar lalu akhirnya turun “ah… ne.. gomawo nunna” katanya sambil tersenyum kik kuk. Aku hanya tersenyum kecut “sudahlah, aku pulang dulu. Soal mobilnya, kau hanya terima beres saja” kataku dan melajukan motorku.
Kai menatapku sampai menghilang dari pandangannya.
Malam ini sangat melelahkan…
KIM JONG IN POV
            “aku datang” kataku sambil melepas sepatuku dan berjalan masuk menuju ruang nonton “Ya!!! KKAMJONGG!!” Baekhyun berlari kearahku dan bersembunyi di belakangku “wae?” tanyaku bingung “CHANYEOL!!” dia berteriak tepat dekat telingaku dan menunjuk Chanyeol yang kini berdiri di depanku “Kkamjong! Tidak usah ikut campur! Minggir!” Chanyeol mendorongku dan menangkap Baekhyun. Baekhyun berteriak “Hyuung!!!!! Bantu akuuu!!!” teriak Baekhyun pada Suho yang  baru saja membuka pintu kamar.
            Dia kaget melihat keributan yang terjadi. Akhirnya memutuskan untuk kembali masuk dalam kamar. Aku masih terdiam, Chanyeol dan Baekhyun sering berebut sesuatu dan berkelahi dengan sesuatu yang sepele.
            “Kai…” panggil Kyungsoo setengah berbisik. Dia memakai selimut dan menutupi badannya hingga leher “palli! Kesini! Jangan diam saja disitu! Kau ingin mereka malah mengerjaimu” kata Kyungsoo. Akhirnya aku berlari cepat menuju kamar dan meninggalkan BaekYeol couple ini bertengkar.
Mereka memang selalu seperti itu, bertengkar setiap malam. Entah karena lampu, AC, eyeliner, bahkan topi. Mereka sekamar tapi Chanyeol lebih sering kalah oleh Baekhyun dan akhirnya numpang dikamarku dan Kyungsoo. Tapi untunglah Kyungsoo berbaik hati meminjamkan sedikit tempat tidurnya untuk dipakai oleh Chanyeol.
Tapi untuk hari ini. Kyungsoo sedang tidak ingin berbaik hati. Makanya cepat-cepat dia mengunci pintu dan mematikan lampu seakan kami berdua sudah tertidur. Dia duduk diatas tempat tidurnya tanpa sedikitpun mengalihkan matanya kepadaku “kau utang penjelasan” katanya “Mwo?” aku kaget, bingung dengan pertanyaannya “Kau menatapnya, memilihnya, dance bersamanya.. Lalu kalian tukaran nomer telefon, pergi bersama dirumah sahabat terdekatmu… dan tiba selarut ini. Siapa yeoja itu?” Tanya Kyungsoo benar-benar ingin tahu “dia yeoppo… dia jagu dance… dan dia adalah sahabat Taemin” jawabku singkat. Dia mengangguk mengerti “kau menyukainya?” Tanya Kyungsoo. Aku terdiam sejenak. Aku tidak bisa menjawabnya.
“Love at the first sight?” tanyanya lagi. Aku masih diam “aku tidak tahu rasa apa ini.. belum cukup 24 jam. Tapi dia sudah bisa mengisi fikiranku hyung” kataku. Kyungsoo terdiam “kau harus memperjuangkannya” Kyungsoo menepuk bahuku. Aku terdiam… lagi.
            Malam ini benar-benar aku tidak bisa tidur. Teringat saat dijalan tadi. Selama perjalanan aku memeluknya…. Dan… baru kali ini ada yeoja yang dapat membuatku jatuh cinta secepat ini… tidak cukup dari 24 jam.





Bulan Kemudian-

~JIYEON POV



Ada yang aneh dari namja ini. Tiap hari dia mengirimkanku pesan, selalu mengingatkanku aktifitas yang sudah menjadi rutinitasku. Makan siang, makan malam… ada apa dengannya?
Tapi, walaupun seperti itu aku senang ada juga orang yang memperhatikanku. Selain hidup dalam rasa benci, akhirnya ada orang yg membuatku dapat tersenyum saat dia mengirimkan fotonya yang sedang menunggu di backstage.
Lama kelamaan aku merasa senang dia mengirimkanku pesan tiap hari. Walau kadang kubalas dengan balasan “Ne^^” atau “deo nado^^”
Apakah pintuku… sudah terbuka untuknya?
Saat ini aku sedang latihan diruang dance pribadiku. Seperti biasa, jika stress atau sedang dalam keadaan hati tidak baik, aku akan disini dan menumpahkan semua tenagaku untuk dance.
Eunjung menelfonku. Aku masih tidak menggubrisnya. Sampai 7 kali dia menelfonku. Akhirnya aku menyerah dan mengangkat telefonnya
“MWO?”
“galaknyaaa..”
            “aku sedang latihan Eunjung! Wae?”
“Saat ini aku sedang berada dirumahmu”
“masuk saja”
“dengan seorang tamu”
“nugu?”
“kau dimana sekarang?”
“di ruang meditasiku. YA! NUGUU??”
“ra-ha-sia!”
Eunjung menutup telefonnya. Aku mendengus kesal. Eunjung memang selalu seperti itu. Jadi akhirnya kuputuskan untuk meminum sebotol air dan melanjutkan danceku.
-KLEK-
Pintu terbuka. Aku masih melanjutkan danceku. Masih menconba melupakan semua yang ada dibenakku tentang orang itu… ONEW
            Bukan aku karena aku masih mencintainya. Tapi karena dia lah aku seperti ini. Melampiaskan semuanya, tapi jelas saja mimpi itu menghampiriku “Annyeong” kata Eunjung, aku menjatuhkan diri, mengatur nafas yang tersengal. Benar, ini adalah kegelapanku dan… satu-satunya jalan untuk aku pergi dari kegelapan itu adalah mengikhlaskan semuanya. SEMUANYA!
            Kai berdiri didepanku menawarkanku handuk dan sebotol mineral. Aku mengambilnya walau kaget dengan keberadaan Kai disini. Aku menatap sinis Eunjung “kenapa dia bisa disini?” bisikku dengan gerakan bibir “molla” jawabnya sambil mengedikkan bahu.
            “Aku hanya ingin membawakanmu ini… Dari Onew” kata Eunjung lalu menaruh bungkusan kado lumayan besar, aku hanya menatapnya kosong sudah bete duluan mendengar kata ‘Onew’. Eunjung beranjak dan melambaikan tangan padaku juga Kai dan menghilang dari balik pintu.
            Aku menghembuskan nafas berat lalu tersadar akan keberadaan Kai yang tak diundang “Nunna…” panggil Kai, Jiyeon mendongak menunggu lanjutan perkataan Kai yang menggantung “bisakah… aku mengenalmu lebih dekat?” tanyanya…
            Aku tergagap, benar-benar tidak menyangka dengan apa yang baru saja dikatakan oleh namja sinting didepanku ini. MWO? Apa dia dia sedang meminta restuku untuk melakukan pendekatan padaku? “bilang saja iya… atau tidak” katanya. Aku masih terdiam “Nunna….” panggilnya “aku tahu kenangan masa lalumu… masih susah kau lupakan. Aku tahu, kita baru kenal…” katanya lagi, kini dia duduk disebelahku, sambil menggenggam kedua tanganku “geundae…” dia menunduk lalu menggigit bibirnya “Nan… neol johahae (aku suka kamu)” katanya “bisakah kau membukakan hatimu untukku?” tanyanya “bagaimana dengan boybandmu? Apa kau tidak dimarahi memiliki yeoja chingu?” tanyaku “aniyeo… selama kita tidak ketahuan oleh sasaeng” dia tersenyum menenangkan “bagaimana dengan ‘kalau-ketahuan-sasaeng’?” tanyaku “dan aku akan menggigit mereka! Mencabik mereka! Yang mengganggumu, yang membuatmu menangis, yang membuatmu sedih, yang mencelakaimu” senyum Kai semakin lebar “karena aku WOLF… dan aku bisa menggeram”
Senyumnya, memabukkanku. Merasuki setiap pori-pori kulitku membuatku terkelitik. Dia… apakah dia pangeran berkuda putih itu?
“lalu… bagaimana dengan ‘kalau-orang-yang-membuatku-sedih-dan-menangis-adalah-orang-yang-saat-ini-menggenggam-tanganku’ ?” tanyaku dengan mata membulat “kalau itu terjadi…kau bisa membunuhku tepat disini” dia menggenggam tangan kiriku, menuntunnya dibagian kiri dadanya, tepat dijantungnya “kau adalah setiap aliran darahku, dan setiap hembusan nafasku saat ini Jiyeo-ah… Aku bukan namja pabo yang rela menyakiti dia… orang yang mengisi hatiku saat ini” katanya. Aku menunduk dan tersenyum malu-malu
“Tidak perlu terburu-buru… aku bisa menunggumu sampai kau benar-benar mencintaiku” Kai mengelus pelan rambutku, aku masih tertunduk “bagaimana dengan… kencan pertama! Dimulai untuk hari ini?” tawarku “hari ini aku akan konser di Jeju” katanya “kau bisa ikut kalau kau mau” dia tersenyum antusias dengan tawarannya sendiri “kapan kau kembali?” tanyaku “besok…tapi, besok aku akan terbang ke China..” dia menunduk sedih “tapi kau juga bisa ikut” dia kembali menegakkan badannya “ck.. kenapa kau sibuk sekali?” dengusku
Dia tertawa terbahak melihat bibirku yang mengkerucut “yasuhda! KAJJA! Ayo kita memulai kencan” dia menggenggam tanganku dan membantuku berdiri “tadi katanya mau ke….” Belum sempat selesai berbicara, dia menahan tawa membuatku sadar bahwa dia berbohong “Rrrr.. CHODIIINGG” aku memukul lengannya dan berjalan keluar menuju kamar untuk berganti baju. Meninggalkan Kai yang masih terkekeh di depan ruang latihan.
“Kajja” aku melingkarkan tanganku pada lengannya dan berjalan riang menuju garasi “MWOOO??? NAIK MOTOR LAGIII???” Kai histeris melihat aku menaiki motor dan memberikannya helm “Kencan pertamaa…” aku tersenyum riang membuatnya akhirnya pasrah dan memeluk pinggangku “Ya! Jangan mencari kesempatan!” bentakku “biar kita impaaas” dia tersenyum dan malah mempererat pelukannya, dagunya bersandar padah bahuku. AIGOOO.. ADA APA DENGAN JANTUNGKUUUU….

Ne, Cinta kami tidak sesempurna Romeo Juliette… Cinta kami lebih sederhana dari itu, tapi juga serumit labirin. Berawal dari kencan pertama yang gagal, dan berakhir dengan penyamaran-penyamaran kita selanjutnya saat kencan. Menjadi namja chingu seorang artis SM tidaklah mudah, harus bisa melihat namja chingu digosipkan sana-sini. Tapi, Kai selalu mengatakan ini padaku.

“I love you… Just you…”

 

2 komentar:

  1. Udah baca nih dari part 1, sweet bgt kok mereka berdua hihi. Tapi alurnya agak kecepetan ya hehe
    Keep writing^^ ditunggu karya barunya lagi

    BalasHapus
  2. kecepetan yah? entar bikin biar dinikmatin deh sweetnya.. makasiih komentnya ;)

    BalasHapus